'Kebodohan' Pendiri Telegram yang Membuatnya Ditangkap, Bikin Heran

'Kebodohan' Pendiri Telegram yang Membuatnya Ditangkap, Bikin Heran


Pavel Durov, Anak Tiri di Negeri Sendiri
Foto: Instagram/durov
EEL WAY - Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, ditangkap saat ia turun dari jet pribadinya di landasan pacu bandara Le Bourget, Paris. Otoritas heran karena dia seperti menyerahkan diri ke aparat di Prancis.

OFMIN, bagian dari kepolisian yudisial Prancis, mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Durov, warga negara Prancis-Rusia, karena kurangnya kerja sama dengan penegak hukum dan dugaan keterlibatan dalam perdagangan narkoba, tindak pidana pedofilia, terorisme dan penipuan, yang dibiarkan saja di Telegram.

Durov yang berusia 39 tahun, ditangkap setelah terbang dari Azerbaijan. Surat perintah penangkapan terhadap Durov hanya berlaku jika ia berada di wilayah Prancis dan dia malah mendarat di negara itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama ini, Durov biasanya melakukan perjalanan melalui Uni Emirat Arab yang menjadi kantor pusat Telegram, negara-negara bekas Uni Soviet, dan Amerika Selatan untuk menghindari penangkapan di Eropa. Ia menghindari perjalanan melalui negara-negara tempat Telegram diawasi.

Nah entah bagaimana, Durov mendadak mendarat di Prancis, padahal dia dilaporkan sudah tahu sedang diincar. "Dia membuat kesalahan besar malam ini," kata seorang sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut kepada media Prancis, TF1.

"Kami tidak tahu mengapa. Apakah penerbangan ini hanya persinggahan? Bagaimanapun, dia ditahan," tambahnya seperti dikutip detikINET dari NY Post.

"Pavel Durov pasti akan berakhir di tahanan praperadilan. Di Telegram, ia membiarkan sejumlah pelanggaran dan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dilakukan, yang tidak ia lakukan apa pun untuk meredamnya," tambah sang sumber.

Telegram sendiri mengatakan moderasinya masuk standar industri dan terus ditingkatkan. "Tak masuk akal untuk mengklaim bahwa sebuah platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut," kata aplikasi tersebut.

Mereka manambahkan Durov sering bepergian ke Eropa dan mereka mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital, yang bertujuan untuk memastikan lingkungan online aman dan bertanggung jawab.

"Hampir satu miliar pengguna di seluruh dunia menggunakan Telegram sebagai sarana komunikasi dan sebagai sumber informasi penting. Kami sedang menunggu penyelesaian segera dari situasi ini. Telegram bersama Anda semua," kata Telegram.


Elon Musk Minta Bos Telegram Dibebaskan, #FreePavel Menggema


pavel durov
Foto: Instagram @durov

Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, ditangkap kepolisian Prancis pada Sabtu (24/8) kemarin waktu setempat. Seruan #FreePavel pun bergema di media sosial, termasuk dari Elon Musk.

Durov ditahan berdasarkan surat perintah atas pelanggaran terkait aplikasi perpesanan tersebut. Telegram dituding kurang memoderasi konten yang beredar di platform-nya, dan Durov dianggap gagal mengambil kebijakan untuk mencegah platform-nya digunakan untuk tujuan kriminal.

Durov ditahan saat keluar dari pesawat pribadinya di Bandar Udara Le Bourget, Prancis tidak jauh dari Paris. Penegak hukum Prancis memperpanjang penahanan Durov yang awalnya hanya sampai 24 jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Periode penahanan awal untuk penyelidikan ini dapat berlangsung hingga 96 jam. Ketika masa penahanan ini berakhir, hakim bisa memilih untuk membebaskan Durov atau mengajukan tuntutan dan menahannya lebih lama.

Penahanan Durov langsung membuat heboh media sosial. Beberapa pengguna media sosial mendukung Durov dan meminta pria berusia 39 tahun ini untuk dibebaskan menggunakan tagar #FreePavel.

Salah satunya adalah pemilik X, yang dulunya bernama Twitter, Elon Musk. Ia mengunggah beberapa postingan di X dengan tagar #FreePavel sambil menyinggung kebebasan berpendapat di Uni Eropa.

"POV: Ini tahun 2030 di Eropa dan kalian dieksekusi karena menyukai meme," kata Musk dalam postingannya, seperti dikutip dari BBC, Senin (26/8/2024).

Edarwd Snowden, whistleblower asal Amerika Serikat yang sudah tinggal di pengasingan di Rusia sejak tahun 2013, juga mengatakan penahanan Durov melanggar hak asasi manusia dasar untuk berpendapat dan berasosiasi.

Telegram juga akhirnya buka suara setelah Durov ditahan. Mereka mengatakan Durov tidak menyembunyikan apapun dan mempertanyakan kenapa pemilik platform media sosial harus ditahan karena disalahgunakan oleh pengguna.

"Telegram mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Digital Services Act - moderasinya sesuai dengan standar industri," kata juru bicara Telegram seperti dikutip dari AFP, Senin (26/8/2024).

"Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa suatu platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut," sambungnya.


Prancis Perpanjang Penahanan terhadap CEO Telegram Pavel Durov


Durov dituduh melakukan pelanggaran terkait dengan Telegram, aplikasi pesan yang populer namun kontroversial

Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, menyampaikan pidato dalam Mobile World Congress di Barcelona, Spanyol, 23/2/2016. (Foto: voaindonesia.com/Reuetrs/Albert Gea)

EEL WAY – Otoritas judisial Prancis, pada Minggu (25/8/2024), memperpanjang penahanan terhadap pendiri dan pemimpin aplikasi pesan Telegram, Pavel Durov, setelah sebelumnya menahan Durov di bandara Paris. Durov dituduh melakukan pelanggaran terkait dengan Telegram, aplikasi pesan yang populer namun kontroversial.

Penahanannya di bandara Le Bourget di luar Paris pada Sabtu (24/8) sore merupakan perkembangan luar biasa dalam karir dari salah satu ikon teknologi paling berpengaruh di dunia itu.

Penahanan Durov, 39, diperpanjang melampaui Minggu malam oleh hakim yang menangani kasusnya, menurut sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut.

Jika tahap penahanan itu telah berakhir, hakim dapat memutuskan apakah akan membebaskannya atau melakukan penuntutan dan memperpanjang penahanannya lebih lama lagi.

Rusia telah menuduh Prancis “menolak bekerja sama” dan rekan Durov, Elon Musk, segera melakukan pembelaan terhadapnya. Durov memegang paspor Prancis, tetapi memiliki kewarganegaraan tambahan lain.

Durov tiba di Paris dari Baku, Azebaijan, dan berencana untuk makan malam di ibu kota Prancis itu, menurut sumber yang dekat dengan kasus tersebut.

Dia didampingi oleh pengawal dan asisten pribadi, tambah sumber yang tidak mau disebutkan namanya itu.

OFMIN, badan Prancis yang ditugaskan mencegah kekerasan terhadap anak di bawah umur, telah menerbitkan surat penahanan terhadap Durov dalam penyelidikan awal dari pelanggaran yang dituduhkan pada diri Durov. Tuduhan itu termasuk melakukan penipuan, perdagangan narkoba, melakukan cyberbullying, kejahatan terorganisir dan menghasut terorisme, kata sebuah sumber lain.

Durov dituduh gagal menindak perilaku kejahatan di platform yang dipimpinnya.

Pihak Telegram dalam menanggapi kasus tersebut mengatakan, “Durov tidak menyembunyikan apa-apa dan sering melakukan perjalanan di Eropa.”

“Telegram mematuhi hukum yang berlaku di Uni Eropa, termasuk Undang-undang Layanan Digital — perubahannya tetap berada dalam koridor standar industri,” tambah platform tersebut. “Tidak masuk akal untuk menyatakan bahwa sebuah platform atau pemiliknya bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan dari platform tersebut.” (jm/ka)/AFP/voaindonesia.com. []


Gamer Cantik yang Diduga Temani Bos Telegram Saat Ditangkap


pavel durov
Foto: Instagram @durov

Penangkapan CEO dan pendiri Telegram Pavel Durov di Prancis ternyata menyimpan sebuah hal misterius. Yaitu kabar yang menyebut ia sedang bersama gamer cantik saat ditangkap di bandara, sesaat setelah pesawatnya mendarat.

Gamer cantik yang dimaksud adalah , seorang "crypto coach" dan streamer game. Informasi terkait keberadaan Vavilova ini ini banyak dibeberkan netizen di X, salah satunya Baptiste Robert lewat akun @fs0c131y.

"Wanita yang menemani Pavel Durov di perjalanan yang berujung pada penangkapan itu adalah Juli Vavilova. Ini saatnya #OSINT beraksi," tulis Robert.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

OSINT yang dimaksudnya adalah kependekan dari open source intelligence, atau kurang lebih artinya adalah pengumpulan dan analisis informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber terbuka.

Robert kemudian melanjutkan kicauannya itu, di mana ia membandingkan postingan Durov dan Vavilova di media sosial, yang diposting dalam waktu bersamaan. Misalnya pada 21 Agustus, Durov memposting di akun VK yang menunjukkan kunjungannya ke Azerbaijan. Di hari yang sama, Vavilova juga memposting video dari mobil yang sama dengan yang dikendarai Durov.

Vavilova juga memposting video aktivitas menembak di lokasi yang sama dengan Durov. Masih banyak lagi foto dan video dari lokasi-lokasi lain yang sama-sama diposting oleh Durov dan Vavilova, namun menariknya kedua orang ini tak tampaknya tak pernah berfoto atau muncul dalam video yang sama.

Namun yang jelas, Vavilova saat ini tinggal di Dubai, Uni Emirat Arab, sama seperti Durov yang sudah tinggal di Dubai sejak 2014. Dubai juga menjadi markas Telegram saat ini.

Vavilova kerap memamerkan aksinya saat bermain Counter Strike di Twitch. Dalam biodatanya di YouTube, Vavilova menjelaskan dirinya adalah seorang streamer Twitch yang tinggal di Dubai. Selain game, ia pun punya minat besar terhadap kripto dan NFT.

Sejumlah netizen menuding Vavilova adalah sosok yang membuat Durov bisa tertangkap karena mengungkap lokasi keduanya. Namun ada juga yang menyebut kalau lokasi Durov pun sebenarnya bisa dengan mudah ditelusuri oleh pihak berwajib tanpa "bantuan" Vavilova.

Diberitakan sebelumnya, Durov ditangkap di bandara Le Bourget dekat Paris, Prancis, saat pesawat yang ia tumpangi baru mendarat setelah terbang dari Azerbaijan.

Penangkapan itu dilakukan karena Durov diklaim enggan bekerja sama dengan penegak hukum di Prancis, yag membuatnya terlibat dalam berbagai kasus kriminal, dari mulai perdagangan narkoba, pencucian uang, sampai penyebaran pornografi anak, yang diduga banyak terjadi di Telegram.

Seperti diketahui, Telegram sudah menjadi sumber informasi yang penting, terutama di tempat-tempat yang sering terjadi penyensoran informasi seperti Rusia. Namun Durov tidak terlalu campur tangan dalam memoderasi konten di platform-nya, sehingga banyak misinformasi dan konten berbahaya yang beredar.

Telegram biasanya baru mengontrol kontennya ketika dipaksa oleh pemerintah dan organisasi lainnya. Penahanan Durov tentu akan memicu perdebatan lebih lanjut tentang sejauh mana aplikasi perpesanan harus bertanggung jawab atas pesan yang dibagikan penggunanya.

Durov, yang saat ini berusia 39 tahun, meluncurkan Telegram pada tahun 2013. Forbes memperkirakan kekayaan Durov saat ini di kisaran USD 15,5 miliar atau sekitar Rp 238 triliun.


Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama