Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
.
"Wahai Nabi ! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka."
.
- QS. Al Ahzab [33] : 59
.
Dalam firman-Nya yang mulia dan agung di atas bahwasannya Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan untuk seluruh wanita Muslim untuk berjilbab dan dalam Ushul Fiqh disebutkan,
.
“Hukum asal perintah adalah wajib”
.
Sehingga mengenakan Jilbab adalah perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang WAJIB harus ditaati dengan penuh ketundukkan dan kepatuhan lahir dan batin oleh seluruh wanita Muslim, dan tidak pantas serta tidak patut bagi wanita Muslim memiliki pilihan, pemikiran dan pendapat lain jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan perintah yang wajib dilaksanakan.
.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
.
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.”
.
- QS. Al Ahzab [33] : 36
.
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata,
.
“Ayat ini bersifat untuk seluruh perkara, yaitu sesungguhnya jika Allah dan Rasul-Nya menetapkan sesuatu, maka tidak boleh bagi seorang melanggarnya serta tidak bagi seseorang memiliki pilihan yang lain, baik pemikiran dan pendapat. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
.
“Maka demi Rabbmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka selisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisa’ [4] : 65)
.
Untuk itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengancam keras menyelisihinya dengan firman-Nya
.
“Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.”
.
Seperti firman-Nya
.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. An Nur [24] : 63)”
.
- Tafsir min Ibnu Katsir, VI/489-490
.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di (wafat 1376 H) berkata,
.
“Maksudnya, tidaklah pantas dan tidak layak bagi orang yang berkarakter iman kecuali bergegas mencari keridahaan Allah dan Rasul-Nya, serta lari dari Murka Allah dan Rasul-Nya, mematuhi perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya.
.
Maka sangat tidak pantas bagi seorang lelaki dan tidak pula bagi perempuan beriman ‘apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan dari ketetapan-ketet
.
Bahkan seorang laki-laki dan perempuan yang beriman mengetahui bahwa Rasul itu harus diutamakan daripada dirinya sendiri. Maka dari itu jangan menjadikan hawa nafsu sebagai penghalang yang membatasi antara dia dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
.
“Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”
.
Maksudnya jelas sekali, karena sesungguhnya dia telah meninggalkan jalan yang lurus yang dapat mengantarkan kepada karamah Allah, beralih kepada jalan-jalan lain yang bisa menjerumuskan ke dalam siksa yang sangat perih yakni kesesatan yang akan berakibat pada azab dan siksa.”
.
- Taisir Al Karim Ar Rahman, V/617
.
Kecuali memang seorang MUNAFIK, maka ia adalah manusia hina yang sangat hina yang tidak mau menaati dan mematuhi segala kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman ! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), dan JANGANLAH KAMU MENJADI SEPERTI ORANG-ORANG (MUNAFIK) YANG BERKATA, “KAMI MENDENGARKAN,” PADAHAL MEREKA TIDAK MENDENGARKAN (KARENA HATI MEREKA MENGINGKARINYA). Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti. Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka berpaling, sedang mereka memalingkan diri.”
.
- QS. Al Anfal [8] : 20-23
.
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata,
.
“Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menaati-Nya dan menaati Rasul-Nya dan melarang mereka dari menyelisihi-Nya serta menyerupai orang-orang yang kafir yang menentangnya. Karena inilah Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)” maksudnya, jangan kalian tidak menaati-Nya, melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.”
.
“DAN JANGANLAH KAMU MENJADI SEPERTI ORANG-ORANG (MUNAFIK) YANG BERKATA, “KAMI MENDENGARKAN,” PADAHAL MEREKA TIDAK MENDENGARKAN (KARENA HATI MEREKA MENGINGKARINYA)” Mereka adalah orang-orang munafik, sebab merekalah yang menampakkan (keimanan) bahwa mereka telah mendengar dan merespon, padahal tidak demikian (tidak mendengar dan tidak taat).
.
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberitahukan bahwa manusia seperti ini (munafik) adalah mahluk yang paling buruk dan juga termasuk perangai yang terburuk, karenanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli” Maksudnya, tuli dari mendengarkan kebenaran. “dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran)” Maksudnya, dari memahaminya. Karena inilah Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Yaitu orang-orang yang tidak mengerti.”
.
Maka merekalah seburuk-buruk mahluk, sebab seluruh yang melata selain mereka, taat kepada Allah sesuai dengan fungsi yang diciptakan untuknya, sementara itu mereka (orang-orang munafik) diperintahkan untuk beribadah lalu mereka kufur. Pada ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
.
- QS. Al Anfal [8] : 20-23
.
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata,
.
“Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya
.
“DAN JANGANLAH KAMU MENJADI SEPERTI ORANG-ORANG (MUNAFIK) YANG BERKATA, “KAMI MENDENGARKAN,” PADAHAL MEREKA TIDAK MENDENGARKAN (KARENA HATI MEREKA MENGINGKARINYA)
.
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberitahukan bahwa manusia seperti ini (munafik) adalah mahluk yang paling buruk dan juga termasuk perangai yang terburuk, karenanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli” Maksudnya, tuli dari mendengarkan kebenaran. “dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran)” Maksudnya, dari memahaminya. Karena inilah Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Yaitu orang-orang yang tidak mengerti.”
.
Maka merekalah seburuk-buruk mahluk, sebab seluruh yang melata selain mereka, taat kepada Allah sesuai dengan fungsi yang diciptakan untuknya, sementara itu mereka (orang-orang munafik) diperintahkan untuk beribadah lalu mereka kufur. Pada ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al A’raf [7] : 179
.
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberitahukan bahwasannya mereka tidak mempunyai pemahaman yang benar dan tidak mempunyai pula tujuan yang benar, jika diandaikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang benar. Karenanya Allah berfirman, “Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar.” Maksudnya, pastilah Allah memberikan pemahaman yang benar kepada mereka. Akan tetapi tidak ada kebaikan pada mereka, sehingga Allah tidak memberikan pemahaman yang benar kepada mereka, sebab Allah mengetahui bahwa “Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar” Kalau saja mereka dijadikan dapat memahami “Niscaya mereka berpaling” Darinya, dengan sengaja dan dengan membangkang setelah mereka memahaminya, “Sedang mereka memalingkan diri” darinya.”
.
- Tafsir min Ibnu Katsir, IV/25-26
.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah (wafat 1376 H) berkata,
.
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya” dengan menjalankan perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya. “Dan janganlah kamu berpaling dari-Nya” yakni dari perkara ini yang merupakan ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasul-Nya. “Padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)” yakni Kitab Allah yang dibacakan kepadamu, perintah-perintah, wasiat-wasiat dan nasihat-nasihat-Nya. Berpaling dirimu dalam kondisi tersebut merupakan perbuatan yang buruk.
.
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberitahukan bahwasannya mereka tidak mempunyai pemahaman yang benar dan tidak mempunyai pula tujuan yang benar, jika diandaikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang benar. Karenanya Allah berfirman, “Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar.” Maksudnya, pastilah Allah memberikan pemahaman yang benar kepada mereka. Akan tetapi tidak ada kebaikan pada mereka, sehingga Allah tidak memberikan pemahaman yang benar kepada mereka, sebab Allah mengetahui bahwa “Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar” Kalau saja mereka dijadikan dapat memahami “Niscaya mereka berpaling” Darinya, dengan sengaja dan dengan membangkang setelah mereka memahaminya, “Sedang mereka memalingkan diri” darinya.”
.
- Tafsir min Ibnu Katsir, IV/25-26
.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah (wafat 1376 H) berkata,
.
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya” dengan menjalankan perintah keduanya dan menjauhi larangan keduanya. “Dan janganlah kamu berpaling dari-Nya” yakni dari perkara ini yang merupakan ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasul-Nya. “Padahal kamu mendengar (perintah-perin
“DAN JANGANLAH KAMU MENJADI SEPERTI ORANG-ORANG (MUNAFIK) YANG BERKATA, “KAMI MENDENGARKAN,” PADAHAL MEREKA TIDAK MENDENGARKAN (KARENA HATI MEREKA MENGINGKARINYA).” Yakni, jangan merasa cukup dengan klaim kosong yang tanpa hakikat, karena hal tersebut tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya. Iman bukanlah dengan angan-angan dan impian, akan tetapi ia adalah apa yang menancap dalam hati dan dibenarkan oleh perbuatan.
.
“Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah” Yakni orang-orang yang peringatan dan ayat-ayat Allah tidak berguna bagi mereka, dan mereka “ialah mereka yang tuli” dari mendengar kebenaran “dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran)” dari menyuarakan kebenaran “yaitu orang-orang yang tidak mengerti.” Yang bermanfaat bagi mereka dan terpengaruh oleh apa yang merugikan mereka. Mereka itu lebih buruk di sisi Allah daripada binatang yang buruk, karena Allah telah memberi mereka pendengaran, penglihatan dan hati agar digunakan dalam ketaatan kepada-Nya, tetapi mereka menggunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya. Dengan itu mereka kehilangan banyak kebaikan. Mereka berada di ujung jalan yang membawa mereka untuk menjadi mahluk mulia, tetapi mereka menolak jalan itu dan mereka malah memilih menjadi manusia yang buruk. Pendengaran yang dinafikan oleh Allah dari mereka adalah pendengaran yang berpengaruh kepada hati. Adapun pendengaran yang merupakan hujjah, maka ia telah tegak atas mereka dengan ayat-ayat-Nya yang mereka dengar.
.
Allah tidak membuat mereka mendengar dengan pendengaran yang berguna, karena Dia, Allah, tidak mendapati adanya kebaikan pada diri mereka yang menjadikan mereka layak mendengar ayat-ayat-Nya “Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar niscaya mereka berpaling.” dari ketaatan “Sedang mereka memalingkan diri.” Tanpa menoleh sedikit pun kepada kebenaran.
.
Ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menghalangi iman dan kebaikan kecuali bagi orang yang tidak ada kebaikan padanya, yang tidak suci di sisi-Nya dan tidak bermanfaat di sisi-Nya. Segala puji dan hikmah bagi-nya dalam hal ini.”
.
“Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah” Yakni orang-orang yang peringatan dan ayat-ayat Allah tidak berguna bagi mereka, dan mereka “ialah mereka yang tuli” dari mendengar kebenaran “dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran)” dari menyuarakan kebenaran “yaitu orang-orang yang tidak mengerti.” Yang bermanfaat bagi mereka dan terpengaruh oleh apa yang merugikan mereka. Mereka itu lebih buruk di sisi Allah daripada binatang yang buruk, karena Allah telah memberi mereka pendengaran, penglihatan dan hati agar digunakan dalam ketaatan kepada-Nya, tetapi mereka menggunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya. Dengan itu mereka kehilangan banyak kebaikan. Mereka berada di ujung jalan yang membawa mereka untuk menjadi mahluk mulia, tetapi mereka menolak jalan itu dan mereka malah memilih menjadi manusia yang buruk. Pendengaran yang dinafikan oleh Allah dari mereka adalah pendengaran yang berpengaruh kepada hati. Adapun pendengaran yang merupakan hujjah, maka ia telah tegak atas mereka dengan ayat-ayat-Nya yang mereka dengar.
.
Allah tidak membuat mereka mendengar dengan pendengaran yang berguna, karena Dia, Allah, tidak mendapati adanya kebaikan pada diri mereka yang menjadikan mereka layak mendengar ayat-ayat-Nya “Dan sekiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentu Dia jadikan mereka dapat mendengar. Dan jika Allah menjadikan mereka dapat mendengar niscaya mereka berpaling.” dari ketaatan “Sedang mereka memalingkan diri.” Tanpa menoleh sedikit pun kepada kebenaran.
.
Ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menghalangi iman dan kebaikan kecuali bagi orang yang tidak ada kebaikan padanya, yang tidak suci di sisi-Nya dan tidak bermanfaat di sisi-Nya. Segala puji dan hikmah bagi-nya dalam hal ini.”
- Taisir Al Karim Ar Rahman, III/178-180
.
Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyukai dan tidak mencintai orang-orang yang kafir terhadap perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam,
.
Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"
.
- QS. Ali Imran [3] : 31-32
.
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata,
.
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling.” Yakni melanggar perintah-Nya. “Maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" Hal ini menunjukkan bahwa menyalahi Allah dalam menempuh jalan-Nya merupakan perbuatan kufur, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berpredikat seperti itu, meskipun ia mengaku mencintai Allah dan bertaqarrub kepada-Nya, sampai dia benar-benar mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi yang ummi, penutup para Rasul yang diutus kepada segenap bangsa jin dan manusia.”
.
- Tafsir min Ibnu Katsir, II/35-36
.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di (wafat 1376 H) berkata,
.
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya” yaitu dengan menaati perintah dan menjauhi larangan serta mempercayai kabar berita. “Jika kamu berpaling” dari hal itu (tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya), maka inilah kekufuran, dan Allah “tidak menyukai orang-orang kafir"
.
- Taisir Al Karim Ar Rahman, I/430
.
Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyukai dan tidak mencintai orang-orang yang kafir terhadap perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam,
.
Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"
.
- QS. Ali Imran [3] : 31-32
.
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah (wafat 774 H) berkata,
.
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling.” Yakni melanggar perintah-Nya. “Maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir" Hal ini menunjukkan bahwa menyalahi Allah dalam menempuh jalan-Nya merupakan perbuatan kufur, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berpredikat seperti itu, meskipun ia mengaku mencintai Allah dan bertaqarrub kepada-Nya, sampai dia benar-benar mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi yang ummi, penutup para Rasul yang diutus kepada segenap bangsa jin dan manusia.”
.
- Tafsir min Ibnu Katsir, II/35-36
.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di (wafat 1376 H) berkata,
.
“Taatilah Allah dan Rasul-Nya” yaitu dengan menaati perintah dan menjauhi larangan serta mempercayai kabar berita. “Jika kamu berpaling” dari hal itu (tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya), maka inilah kekufuran, dan Allah “tidak menyukai orang-orang kafir"
.
- Taisir Al Karim Ar Rahman, I/430
bloging, seo, ads, media, selebrities, teknologi,
BAGI SELURUH WANITA MUSLIM
JILBAB
MENURUT AL-QURAN
Wajib