PENYAKIT DAN PENYIMPANGAN DARI SEMUA AJARAN AGAMA
Sebuah riset yang diterbitkan di New England Journal of Medicine mengungkapkan, hubungan seks antara sesama laki-laki menjadi pemicu utama penyebaran dan peningkatan kasus monkeypox atau cacar monyet di dunia.
Dari 16 ribu kasus yang sudah dikonfirmasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar individu terinfeksi memang homoseksual. [Republika, 26/7]
Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). WHO telah mengonfirmasi setidaknya 16 ribu kasus penyakit tersebut di lebih dari 75 negara.
Membaca perkembangan kasus penyakit cacar monyet ini membuat bergidik. Belum hilang dalam ingatan ketika bumi tertutup pandemi dan segala aktivitas terhenti. Awalnya tak ada yang menyangka pandemi akan berjalan selama ini.
Belum selesai itu semua, kini kita dihantui wabah penyakit lainnya. Mirisnya, kali ini banyak menjangkiti para pelaku penyimpangan seksual.
Bersamaan dengan maraknya berita itu, di negeri tercinta sedang dihebohkan dengan acara fashion show ala ala yang digelar di sebuah ruang publik di Jakarta, yang kemudian menyebar dan ditiru di berbagai daerah lainnya.
Irosnisnya, acara tersebut sekaligus menjadi panggung bagi para pelaku L*B* untuk menunjukkan eksistensinya.
Anak laki-laki usia tanggung berlenggak lenggok dengan baju-baju perempuan seksi. Seakan tak malu, mengumbar nafsu dengan sesamanya di tempat terbuka.
Saat di wawancara media, mereka dengan bangga menunjukkan identitasnya dan tidak merasa bersalah telah menyebarkan virus kerusakan pada teman sebayanya.
Keprihatinan juga disuarakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis, “Tentunya kita menolak kalau itu menjadi ajang pamer L*B*. Atau mengubah identitas kelamin atau identitas gendernya. Itu tidak diinginkan oleh kita," tegasnya.
Bisa jadi sebagian besar yang terlibat dalam acara itu maupun penontonnya belum menjadi pelaku L*B* hari ini.
Namun sikap permisif alias tak peduli akan membawa bibit-bibit kerusakan yang lebih mengerikan lagi. Bahkan, bukan tak mungkin wabah penyakit baru tersebab penyimpangan ini akan bermunculan di negeri tercinta..
Sebuah riset yang diterbitkan di New England Journal of Medicine mengungkapkan, hubungan seks antara sesama laki-laki menjadi pemicu utama penyebaran dan peningkatan kasus monkeypox atau cacar monyet di dunia.
Dari 16 ribu kasus yang sudah dikonfirmasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar individu terinfeksi memang homoseksual. [Republika, 26/7]
Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). WHO telah mengonfirmasi setidaknya 16 ribu kasus penyakit tersebut di lebih dari 75 negara.
Membaca perkembangan kasus penyakit cacar monyet ini membuat bergidik. Belum hilang dalam ingatan ketika bumi tertutup pandemi dan segala aktivitas terhenti. Awalnya tak ada yang menyangka pandemi akan berjalan selama ini.
Belum selesai itu semua, kini kita dihantui wabah penyakit lainnya. Mirisnya, kali ini banyak menjangkiti para pelaku penyimpangan seksual.
Bersamaan dengan maraknya berita itu, di negeri tercinta sedang dihebohkan dengan acara fashion show ala ala yang digelar di sebuah ruang publik di Jakarta, yang kemudian menyebar dan ditiru di berbagai daerah lainnya.
Irosnisnya, acara tersebut sekaligus menjadi panggung bagi para pelaku L*B* untuk menunjukkan eksistensinya.
Anak laki-laki usia tanggung berlenggak lenggok dengan baju-baju perempuan seksi. Seakan tak malu, mengumbar nafsu dengan sesamanya di tempat terbuka.
Saat di wawancara media, mereka dengan bangga menunjukkan identitasnya dan tidak merasa bersalah telah menyebarkan virus kerusakan pada teman sebayanya.
Keprihatinan juga disuarakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis, “Tentunya kita menolak kalau itu menjadi ajang pamer L*B*. Atau mengubah identitas kelamin atau identitas gendernya. Itu tidak diinginkan oleh kita," tegasnya.
Bisa jadi sebagian besar yang terlibat dalam acara itu maupun penontonnya belum menjadi pelaku L*B* hari ini.
Namun sikap permisif alias tak peduli akan membawa bibit-bibit kerusakan yang lebih mengerikan lagi. Bahkan, bukan tak mungkin wabah penyakit baru tersebab penyimpangan ini akan bermunculan di negeri tercinta..