Keinginan Melihat Allah SWT
السلام عليكم ورØمة الله وبركاته
بسم الله الرØمن الرØيم
Hadits dari Abdullah bin Syaqiq, beliau berkata kepada Abu Zar :
"Seandainya saya bertemu dengan Rasulullah, pasti ku akan bertanya kepada beliau suatu pertanya'an."
Lalu Abu Zar berkata :
"Tentang hal apa ??"
Jawab Abdullah :
"Apa tuan melihat الله ??"
Abu Zar kemudian berkata :
"Perkara itu, pernah aku tanyakan pada Rasululllah, bahwa beliau hanya melihat Cahaya.
Cahaya wujud الله serupa dengan saya, tapi tidak sebanding. Saya tidak berdaya dikuasai melihat Diri diluar Diri.
Engkau adalah Aku.
Aku adalah Engkau.
Begitulah sapa'an الله terhadap Hamba-Nya (Nur)."
Saudara-saudariku sekalian hamba الله yang dikasihi-Nya ......
Ketahuilah Anda semua, bahwa Allah bisa dikenal.Tapi tidak bisa diperkenalkan kepada siapapun. Ungkap Rasullullah :
Aku menyembah aku yang aku kenal, dan Nabi Musa menyembah الله yang dia kenal. Begitupun pengenalan para Nabi-Nabi yang lainnya. Begitu juga nanti semua ummat-ummatku, karena sangat Rahasia pribadi.
Apabila tampak Suara.
Tidak tampak Wujud.
Apabila tampak wujud.
Tidak tampak suara.
Seperti yang dilakukan Nabi Musa di bukit Thursina yang benar-benar betul ingin melihat الله yang serupa tidak sebanding. Melihat diri diluar diri.
Engkau adalah Aku.
Aku adalah Engkau.
Mengenal الله satu persatu.
Itu yang benar .......!!!
Bukan satu untuk semua. Karena kita lahir, mati, Musyahadah, Muraqabah dan Mujahadah sendiri. Tidak bisa berjama'ah.
Penyaksian, Mudah-mudahan Anda Faham semua.
Ingat !!!!
Jangan Ambil, Sifat الله,. Asma الله, Af'al الله, dan wujud الله.
Dan jangan engkau aku itu.
Itu adalah sifat-sifat orang yang melampaui batas. Yaitu, apabila ditunjukkan Kebenaran, ia selalu ragu, Kemudian berpaling.
Padahal sudah 4 Kitab ditunjukkan kebenaran.
Dan 25 Nabi sudah diutus. Tapi masih meragukan. Itu semua adalah, karena engkau sibuk dengan urusan ke dunia'anmu.
Sebab itulah, engkau lupa menuntut Ilmu.
Menuntut ilmu itu sudah tahu hukumnya wajib ain bagi kita kaum laki-laki Muslim dan kaum wanita Muslimah.
Kewajiban menuntut ilmu Ushuluddin itu. Sama hukumnya dengan rukun Islam, rukun Iman.
Apabila kita melanggar.
Maka haram hukumnya melanggar.
Awal agama itu sudah jelas mengenal الله, dan bermula sembah itu juga atas kenal Ma'rifat Kepada-Nya. Seperti Rasululllah sahabat Rasulullah Wali الله. Hamba-hamba الله yang Mukarrabin 'Arifillah. Hanya memperdalam mencari jenjang yang lebih mendalam dan lebih utama, dan tepat mengenal الله Ta'ala.
Ma'rifat adalah Nikmat yang teramat besar. Kenikmatan syurga itu. Tidak sebanding dengan nikmatnya menatap dan melihat Wajah الله secara langsung. Itulah puncaknya segala kenikmatan dan puncak segala kebahagiaan.
Rasulullah ï·º sendiri menjelaskan hal ini saudara-saudari
Kezahiran-Nya sangat nampak pada seorang Hamba.
الانسان سر و انا السره
Yaitu :
Insan manusia itu adalah rahasia-Ku, dan Aku-lah Rahasianya.
Dan unsur Insan itu ada jasad, ada Ruh dan ada الله.
Hiduplah hamba itu.
Ketahulah Anda Jasad, Ruh, dan الله adalah bagaikan barang yang hidup dan satu Nyawa. Yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Begitupun dengan Langit dan Bumi dan Makhkuq lainnya.
Fahamilah ....!!!
Tuhan itu Satu. Disembah bersama-sama. Cara beramal bukan begitu, dan bukan bersama-sama. Itu sangka'an semata-mata.
Ma'rifatnya الله itu Esa pada hamba masing-masing.
Sudah Mutlaq satu persatu dalam sesembahan kita.
Mengapa Anda berpaling yang jauh ? Sungguh Anda melampaui Batas.
Dalilnya :
"Aku- beserta hamba-hamba-Ku dimana dia berada."
Tentang Melihat الله ..... الله berfirman yang mengisahkan tentang perminta'an Nabi Musa عليه السلام untuk melihat-Nya :
"Dan tatkala Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu.
Dan Tuhannya berkata-kata dengannya. Maka Musa (merayu dengan) berkata :
"Wahai Tuhan-Ku.
Perlihatkanlah kepadaku (Dzat-Mu Yang Maha Suci) agar aku bisa melihat-Mu." الله berfirman :
"Kamu sekali-kali tidak akan mampu melihat-Ku."
Rahasianya :
Tidak ada (siapa) yang bisa melihat الله. Hanya الله.
Sebab terdinding hamba kepada الله، selain wujud الله. Masih ada rasa wujud hamba, cuma itu.
"Tetapi, pandanglah ke gunung itu (bukit Thursina).
Pada sa'at itulah Nabi Musa memandang gunung.
Begitu juga الله bertajalli sampai dari jiwa Nabi Musa, maka,
Pingsan lah Nabi Musa.
Bukannya karena ia mendengar akan hancurnya gunung itu.
Jia ia tetap berada pada tempatnya sebagaimana sediakala (maksudnya bukit Thursina), Niscaya kamu dapat melihat Aku."
Setelah الله Ta'ala bertajalli yakni menzahirkan kebesaran-Nya itu kepada Musa dihadapan 🗻 gunung Thursina itu.
Maka, Tajalli-Nya ke-Esa'an الله (berupa Cahaya) itu membuat gunung Thursina itu tak sanggup, sehingga menjadi hancur luluh lebur. Dan Musa pun jatuh pingsan.
Setelah sadar...
Nabi Musa pun berkata :
"Maha Suci Engkau wahai Tuhan-Ku.
Aku bertaubat kepada-Mu. Dan Akulah orang permata yang beriman."
(QS. Al-A'raf 7 : 143)
Maha Suci الله.
Yang Maha Berkuasa.
Tidak ada daya sama sekali makhkuq seperti kita ini, melainkan الله yang Maha Kuat atas Rahasia-rahasia-Nya.
لا Øول ولا قوة الا بالله
امين اللهم امين