JELITA NAN CERDAS YANG MEMBUAT JATUH CINTA

JELITA NAN CERDAS YANG MEMBUAT JATUH CINTA


Belum lama viral foto seorang pesohor yang baru lulus dari sebuah universitas ternama. Banyak puji-pujian dialamatkan padanya. Cantik, pintar, berprestasi dan seterusnya.

Namun tak sedikit pula yang memberikan komentar kalau foto itu menjadi viral gegara kebaya kutu baru warna merah menyala dan kain yang tersingkap betisnya yang dikenakannya.

Tulisan ini tak hendak membahas tentang foto itu maupun sosoknya ya.

Dalam sejarahnya, banyak Muslimah hebat yang tak hanya terkenal dengan kecerdasannya, namun juga masyhur karena kecantikan paras wajahnya.

Salah satunya adalah Sayyidah Nizam, putri Syeikh Abu Syuja’. Ia adalah Syaikhah al Haramain atau guru besar untuk wilayah Makkah dan Madinah. 

Begitu cantik dan pintarnya hingga mendapat julukan “Ain al-Syams” atau mata matahari. “Jika ia bicara semua yang hadir membeku. Ia adalah matahari di antara ulama. Taman indah di antara para pujangga. Wajahnya begitu jelita.”

Tutur bahasanya lembut. Otaknya mencerminkan kecerdasan yang cemerlang sebagaimana ayahnya. Ungkapan yang tepat akan sosoknya adalah bagai untaian kalung yang gemerlap penuh keindahan. 

“Jelita, cerdas, anggun dan bersahaja,” pujian itu tak hanya tersimpan di hati, namun juga ditulis dalam bait-bait indah yang terhimpun dalam kitab “Tarjuman al-Asywaq (Tafsir Kerinduan)”.

Kitab ini berisi kumpulan puisi dengan komposisi notasi yang sangat luar biasa. Disebutkan kalau kitab “Tarjuman al-Asywaq” adalah kitab yang paling sulit diterjemahkan, karena bahasanya yang indah dan rumit.

Barangkali memang seperti itulah syair yang ditulis oleh orang yang sedang jatuh cinta. Tak mudah diterjemahkan oleh orang yang tak sedang mengalaminya.

Siapakah ulama yang jatuh hati pada gurunya yang luar biasa itu? Ia adalah Muhiddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Hatimi at-Ta'i atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi.

Seorang ulama, ahli tafsir, hadits, fiqh, sastra, filsafat, astrolog dan kosmolog, dari Marsia, Andalusia. Di usia 8 tahun keluarga membawanya pindah ke Isybilia atau Sevilla.

Pengembaraan intelektual membawanya ke berbagai negeri, Cordoba, Maroko, Baghdad, Mesir, hingga Tanah Suci. Di tempat itulah ia bertemu dengan gurunya Syeikh Abu Syuja’.

Siapa nyana Sang Guru mempunyai putri jelita yang tak kalah alimnya. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang murid ketimbang diambil menantu oleh gurunya. Sebuah keberkahan dan penghormatan yang luar biasa.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana romantisnya kehidupan mereka berdua. Seperti yang terbaca dalam syair-syair indah yang ditulisnya.

Andai saja kalian tahu
Betapa kami berdua
Saling menghidangkan
Cawan-cawan cinta
Meski tanpa jari-jemari

Andai saja kalian tahu
Cinta kami
Yang menuntun kami
Bicara manis,
bernyanyi riang
meski tanpa kata-kata

Ah, indahnya puisi Al Arabi menutup kenangan di bulan Juni.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama