JEJAK TAK TERHAPUSKAN
Belum lama beredar berita video tak senonoh artis perempuan yang telah masuk ke ranah hukum. Mirisnya, artis ini adalah ibu dari seorang anak perempuan. Ramai netizen membicarakan, bagaimana kelak jika si anak sudah remaja dan mengetahui kelakuan ibunya. Karena jejak digital tak terhapuskan.
Begitupun jejak digital para pemimpin negeri, yang sering kali membuat geli. Dulu mengatakan apa, kini seakan tak ada bekasnya.
Kalau jejak digital saja akan terus menghantui sepanjang sisa usia, bagaimana dengan jejak yang tertulis abadi hingga akhir masa.
Seperti yang terjadi pada Arwa binti Harb. Namanya mungkin terdengar asing, tak banyak yang mengetahuinya. Begitupun kunyahnya, Ummu Jamil.
Tapi kalau disebut nama suaminya, semua langsung paham siapa yang dimaksudkan. Ia adalah istri Abu Lahab, yang namanya diabadikan dalam Alqur’an. Bukan karena kebaikannya, namun kepastian akan nasibnya di akhirat kelak.
Ia bersama suaminya sudah dipastikan menjadi penghuni neraka, bahkan saat keduanya masih hidup di dunia. Alangkah mengerikannya.
Tak cukup itu saja. Sampai akhir zaman, ia akan terus menjadi contoh perempuan terlaknat. Kesalahannya tak termaafkan, seperti yang diabadikan dalam QS Al Lahab 1-5.
Padahal sejak lahir, Ummu Jamil adalah perempuan yang terhormat di antara kaumnya. Terlahir di tengah keluarga bangsawan Quraisy.
Ia adalah saudara perempuan Abu Sufyan bin Harb dan masih satu nasab dengan sahabat mulia Utsman bin Affan dari garis Bani Umayyah. Ia pun bersuamikan seorang pembesar Quraisy, Abu Lahab.
Dua anak laki-lakinya pernah menikah dengan putri-putri Rasulullah SAW. Yang artinya, ia pun pernah berbesan dengan manusia paling mulia di dunia. Namun, justru ia perintahkan pada anak-anaknya untuk menceraikan putri-putri Rasulullah SAW dengan penuh kemarahan.
Tak banyak perempuan yang diabadikan dalam Alqur’an karena keburukannya. Kalau istri Abu Lahab dengan segala kehormatannya di dunia, masihlah menikahi manusia biasa, sekalipun suaminya bangsawan kaya raya.
Alqur’an juga mengabadikan keburukan dua perempuan yang suaminya adalah manusia mulia. Yakni istri Nabi Luth dan istri Nabi Nuh, seperti yang tercantum dalam QS At-Tahrim: 10.
"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing).”
Disebutkan, istri Nabi Nuh mempropagandakan pada masyarakatnya kalau suaminya telah gila. Sedangkan istri Nabi Luth malah menyerukan pada kaumnya untuk bermaksiat pada para tamu suaminya. Di akhir kisah kita semua tahu, keduanya ikut dibinasakan bersama kaumnya yang ingkar.
Jejak keburukan perempuan-perempuan yang diabadikan dalam Alqur’an harusnya menjadi pelajaran. Mari terus kita tuturkan, sebagai pengingat hingga akhir zaman.