CINTA PERTAMA SELAMANYA, BAGAIKAN SIPUNDUK MERINDUKAN BULAN

CINTA PERTAMA SELAMANYA, BAGAIKAN SIPUNDUK MERINDUKAN BULAN

Sebuah penelitian dilakukan oleh Siemens Festival Nights terhadap 2.000 orang di Inggris, hasilnya, rerata orang jatuh cinta dua kali sepanjang hidupnya.

Penelitian serupa pernah dilakukan Elite Daily sebelumnya, hasilnya tak sama. Penelitian yang dilakukan pada 2.000 responden itu menghasilkan angka, rerata manusia jatuh cinta empat kali dalam hidupnya.

Sebanyak 61 persen mengaku menyesal telah melepaskan orang yang pernah membuat mereka jatuh cinta.

Nah!

"Cinta pertama sulit dilupakan karena meninggalkan 'jejak' pada area sensorik otak. Beberapa neurotransmiter yang sama dengan yang memicu ‘kecanduan’ ikut aktif ketika manusia jatuh cinta. Misalnya hormon endorfin, dopamin, dan serotonin,” jelas Dr. Robin Buckley.

“Saat mengingat cinta pertama, manusia memicu beberapa neurokimia yang terkait dengannya, memastikan emosi yang terkait dengan ingatan tetap aktif,” lanjutnya.

Pada dasarnya, sensasi intens emosi yang timbul saat jatuh cinta pertama kali, membentuk apa yang disebut “flashbulb memories” alias “kenangan lampu kilat” dalam istilah psikologi.

Jay Dixit, seorang psikolog dari Psychology Today menjelaskan bahwa istilah “flashbulb memories” digunakan untuk mengambarkan kenangan-kenangan pertama manusia. Misalnya, kenangan saat masuk sekolah pertama kali, pergi melihat laut pertama kali, melahirkan anak pertama dan seterusnya.

Penelitian selanjutnya menyebutkan bahwa tak sedikit cinta pertama yang bertransformasi menjadi cinta platonis. Yakni perasaan mencintai seseorang dengan tulus, ikhlas, tak mengharapkan apapun kecuali orang yang dicintainya bahagia.

Pengalaman-pengalaman itu yang mengikat emosi-emosi tertentu yang bisa dimunculkan sewaktu-waktu untuk diingat kembali. Ini sekaligus menjawab pertanyaan mengapa cinta pertama tak bisa dilupa.

Ust Salim Fillah dalam salah satu unggahannya menuliskan, “Menikah dengan orang yang kita cintai itu kemungkinan. Tapi mencintai orang yang kita nikahi itu kewajiban.”

Tak semua manusia seberuntung Sayyidah Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, memang. Kisah cinta keduanya menggetarkan jiwa.

Cinta keduanya adalah cinta pertama. Syahdan mereka sudah saling jatuh hati di usia belia. Namun, dua manusia mulia itu mampu menutupnya rapat-rapat di dasar hati, hingga setan pun tak mengetahui.

Lebih beruntung lagi, ayah Sang Pujaan Hati bukannya tak tahu kondisi ini. Rasulullah SAW “menolak” pinangan beberapa sahabat utama dan menanti hingga Ali punya keberanian melamar putri tercintanya.

Setelah menikah, Fathimah memberikan pengakuan pada suami tercinta. Bahwa pada suatu masa ia pernah sangat jatuh cinta pada seorang pemuda dan ingin dinikahinya.

“Siapa dia?” tanya Ali penuh debaran cemburu.

“Ia adalah engkau, suamiku,” jawabnya pasti.

Cinta itu berbalas dengan indahnya. Sepanjang pernikahannya dengan Fathimah, Ali tidak menduakan hatinya hingga ajal menjemput istri tercinta.

“Ats tsalju hadiyyatusy syitaa'i, wasy-syamsu hadiyyatush shayf, waz-zuhuuru hadiyyatur-rabii’i, wa anta hadiyyatul 'umri.”

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama