CINTA MENCINTAIMU: AMBIL ATAU RELAKAN PADAMU

CINTA MENCINTAIMU: AMBIL ATAU RELAKAN PADAMU


Sebuah quote menarik diunggah Ust Salim Fillah di media sosialnya beberapa waktu lalu. “Menikah itu sekarang hanya sekedar keraguan ikhwan dan penantian akhwat.”

Hhmm, menarik!

Benarkah demikian? Sebuah riset dilakukan Universitas California di Los Angeles (UCLA) selama 4 tahun dengan melibatkan 464 responden tentang keraguan-raguan anak muda untuk menikah.

Pertanyaan yang diajukan dalam riset ini adalah "Apakah Anda pernah merasa ragu-ragu untuk menikah?" dengan jawaban "ya" atau "tidak".

Hasilnya, 47 persen responden pria mengatakan pernah ragu-ragu dan 38 persen responden perempuan mengatakan pernah ragu-ragu. Jumlah ini menunjukkan sekitar 10 persen lebih banyak pria yang ragu-ragu saat memutuskan untuk menikah.

Sumber keragu-raguannya banyak, karena penelitian ini dilakukan di Amerika, yang paling dominan adalah keraguan pada lembaga pernikahan, mengingat 2 dari 3 pernikahan di negeri itu berakhir dengan perceraian.

Juga karena faktor ekonomi, belum menemukan pasangan yang sesuai, hingga gaya hidup melajang yang kian popular.

Kalau pria banyak ragu dan perempuan harus menunggu, ternyata tidak berlaku pada ulama asal Andalusia Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm atau dikenal dengan nama Ibn Hazm.

Ia adalah seorang ahli fikih dan hadits, teolog, sejarawan, penyair, negarawan, akademisi dan politisi yang handal, penulis tak kurang dari 400 judul kitab, termasuk kitab sastra tentang cinta yang sangat terkenal berjudul “Tauq al-Hamamah -Di Bawah Naungan Cinta”.

Dengan sederet reputasinya itu ternyata ada seorang wanita yang tak kunjung menyambut uluran cintanya. Dua tahun lebih Ibn Hazm berusaha tanpa membuahkan hasil.

Hingga pada Jumadil Akhir tahun 399 H keluarga Ibnu Hazm harus meninggalkan kota Cordoba tersebab pergolakan politik yang ada.

Singkat cerita, 10 tahun berlalu dan Ibn Hazm akhirnya kembali ke kota Cordoba. Tak sengaja ia menjumpai wanita itu yang ternyata belum juga membukakan hatinya. Kisah itu ditulis dalam kitabnya “Tauq al-Hamamah”.

Maka benarlah perkataan sahabat mulia Ali ibn Abi Thalib, “Cinta itu tak dapat dinanti, ambil dengan penuh keberanian atau lepaskan dengan penuh keridhaan.”

Setuju ya, jomblo fisabilillah?

Jumuah Mubarak everyone, jangan lupa baca QS Kahfi.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama