BAYANG-BAYANG MBOK COMBLANG
“Ustadz ditunggu di masjid ya,” pesan sekilas yang tidak terlalu jelas itu tak urung membuatnya bingung. Namun si penyampai pesan sudah berlalu.
“Ustadz mencari saya?” terdengar suara lembut dari arah belakang yang membuatnya menoleh. Sesaat keduanya bingung, namun akhirnya paham.
Santri-santri mereka sedang “ngerjain” ustadz dan ustadzahnya dengan mempertemukan di masjid. Siapa nyana, berawal dari becandaan berakhir di pelaminan.
Jodoh memang tak ada yang bisa menebak. Ada yang dipertemukan dengan cara sederhana, ada yang harus diperjuangkan dengan banyak ikhtiar dan doa. Ada yang datang sendiri, ada yang harus dicomblangi.
Menjadi perantara perjodohan atau yang populer disebut mak comblang adalah langkah mulia, sebagaimana tersebut dalam QS An Nur: 32.
“Nikahkahlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian serta orang baik dari budak kalian yang laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.”
Bila kedua orang yang diperantarainya ternyata berjodoh dan pernikahannya sakinah mawadah wa rahmah, maka si mak comblang akan “kebagian” surganya.
Salah satu mak comblang yang namanya abadi dalam sejarah adalah Nafisah binti Umayyah. Ia yang mempertemukan dua manusia mulia yang pernikahannya tercatat paling berkah di dunia: Rasulullah SAW dan Ibunda Khadijah.
Bukan perkara mudah. Perlu strategi dan upaya “out of the box” kalau kata anak sekarang. Apa pasal? Ibunda Khadijah adalah wanita cantik, saudagar kaya raya, dengan garis nasab yang terjaga. Sementara Rasulullah SAW pada waktu itu adalah pemuda sederhana.
Belum lagi perbedaan usia dan status Ibunda Khadijah yang sudah dua kali ditinggal wafat suaminya. Dan dalam tradisi Arab, tidak lazim perempuan yang malamar laki-laki. Singkat kata, rumit lah!
Namun, sebagai sahabat yang mendengar kegundahan hati Ibunda Khadijah, ia segera mencari jalan. Bukan Nafisah namanya kalau tak panjang akal mencari celah masuk yang tepat.
Didatanginya Muhammad SAW yang masih kerabat dekatnya. Disampaikannya pesan, “Aku datang membawa kabar tentang seorang perempuan agung, suci, dan mulia. Ia sangat cocok denganmu. Kalau engkau mau, aku bisa menyebut namamu di sisinya,” ucapnya.
Ini adalah strategi komunikasi yang luar biasa, bahkan di zaman modern sekalipun. Alih-alih mengatakan dirinya yang “butuh”, namun justru disebutkan kalau ini peluang istimewa bagi Muhammad SAW.
“Jangan engkau jawab sekarang. Pertimbangkan lah dahulu. Beberapa hari lagi, aku akan datang kepadamu,” lanjutnya. Tak hanya berhasil meyakinkan Rasulullah SAW, bahkan sampai urusan mahar pun Nafisah ikut “mengaturnya”.
Upaya yang dilakukan Nafisah meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah manusia.Jika Ibunda Khadijah dianggap sebagai sosok paling berhasil mendampingi Rasulullah SAW di awal risalah diturunkan, maka bisa dipastikan ada kontribusi Nafisah di dalamnya.
Siapa ingin mengikuti langkah Nafisah binti Umayyah? Kalau saya sih, mau!
🌼🌼🌼
Untuk Said Ben Anam dan Nur Faizah, serta mereka yang akan melangkahkan kaki ke pelaminan esok hari, “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khayrin.”
“Ustadz ditunggu di masjid ya,” pesan sekilas yang tidak terlalu jelas itu tak urung membuatnya bingung. Namun si penyampai pesan sudah berlalu.
“Ustadz mencari saya?” terdengar suara lembut dari arah belakang yang membuatnya menoleh. Sesaat keduanya bingung, namun akhirnya paham.
Santri-santri mereka sedang “ngerjain” ustadz dan ustadzahnya dengan mempertemukan di masjid. Siapa nyana, berawal dari becandaan berakhir di pelaminan.
Jodoh memang tak ada yang bisa menebak. Ada yang dipertemukan dengan cara sederhana, ada yang harus diperjuangkan dengan banyak ikhtiar dan doa. Ada yang datang sendiri, ada yang harus dicomblangi.
Menjadi perantara perjodohan atau yang populer disebut mak comblang adalah langkah mulia, sebagaimana tersebut dalam QS An Nur: 32.
“Nikahkahlah orang-orang yang masih membujang di antara kalian serta orang baik dari budak kalian yang laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.”
Bila kedua orang yang diperantarainya
Salah satu mak comblang yang namanya abadi dalam sejarah adalah Nafisah binti Umayyah. Ia yang mempertemukan dua manusia mulia yang pernikahannya tercatat paling berkah di dunia: Rasulullah SAW dan Ibunda Khadijah.
Bukan perkara mudah. Perlu strategi dan upaya “out of the box” kalau kata anak sekarang. Apa pasal? Ibunda Khadijah adalah wanita cantik, saudagar kaya raya, dengan garis nasab yang terjaga. Sementara Rasulullah SAW pada waktu itu adalah pemuda sederhana.
Belum lagi perbedaan usia dan status Ibunda Khadijah yang sudah dua kali ditinggal wafat suaminya. Dan dalam tradisi Arab, tidak lazim perempuan yang malamar laki-laki. Singkat kata, rumit lah!
Namun, sebagai sahabat yang mendengar kegundahan hati Ibunda Khadijah, ia segera mencari jalan. Bukan Nafisah namanya kalau tak panjang akal mencari celah masuk yang tepat.
Didatanginya Muhammad SAW yang masih kerabat dekatnya. Disampaikannya pesan, “Aku datang membawa kabar tentang seorang perempuan agung, suci, dan mulia. Ia sangat cocok denganmu. Kalau engkau mau, aku bisa menyebut namamu di sisinya,” ucapnya.
Ini adalah strategi komunikasi yang luar biasa, bahkan di zaman modern sekalipun. Alih-alih mengatakan dirinya yang “butuh”, namun justru disebutkan kalau ini peluang istimewa bagi Muhammad SAW.
“Jangan engkau jawab sekarang. Pertimbangkan lah dahulu. Beberapa hari lagi, aku akan datang kepadamu,” lanjutnya. Tak hanya berhasil meyakinkan Rasulullah SAW, bahkan sampai urusan mahar pun Nafisah ikut “mengaturnya”.
Upaya yang dilakukan Nafisah meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah manusia.Jika Ibunda Khadijah dianggap sebagai sosok paling berhasil mendampingi Rasulullah SAW di awal risalah diturunkan, maka bisa dipastikan ada kontribusi Nafisah di dalamnya.
Siapa ingin mengikuti langkah Nafisah binti Umayyah? Kalau saya sih, mau!
🌼🌼🌼
Untuk Said Ben Anam dan Nur Faizah, serta mereka yang akan melangkahkan kaki ke pelaminan esok hari, “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khayrin.”