Anak-anak Kita Mau Dijadikan Apa?

Anak-anak Kita Mau Dijadikan Apa?



Setiap melihat anak SD pulang sekolah, hati ini trenyuh. Bersiap dari jam 05.30. Sarapan, mandi dan sudah harus sampai di sekolah jam 06.30. Mengikuti pelajaran sekolah sampai hampir jam 2 siang (14.00). Itu yg kelas paling dasar. 


Ada juga yang hingga jam 3 sore. Belum nanti ada kegiatan pendidikan lain sepulang sekolah.

Pikiran dan mental anak benar-benar dikuras. Fisik pun demikian. Dengan tas berisi buku-buku tebal. Sebuah sistem pendidikan yang setiap ganti menteri ganti istilah. 


Namun polanya hampir sama. Pemadatan materi pendidikan.

Beberapa orang tua yang frustasi dengan sistem ini, memilih pendidikan luar sekolah untuk anaknya.


Perdebatan pun mengemuka. Apa tujuan sistem pendidikan semacam ini? Anak semakin cerdas? Anak memenangkan banyak kompetisi? Anak siap menghadapi globalisasi? Pengamat pendidikan mulai membandingkan dengan pola pendidikan negara lain. Singapura, Malaysia, dan Finlandia.


Kita lupa, atau tidak pernah melihat sejarah. Bangsa ini pernah menerapkan kurikulum pendidikan yang mungkin juga terbaik di dunia. Yaitu kurikulum 1947 - 1964. Sebuah pola pendidikan yang menekankan pada pendidikan karakter, kesadaran bernegara, dan etika sosial bermasyarakat.


Pada tahun 1964 pola ini disempurnakan dengan nama Pancawardhana. Kualitas pendidikan didasarkan pada pengembangan moral, kecerdasan (asah pikiran), emosional (aspek seni budaya), keprigelan (skill masing-masing siswa), dan (tumbuh kembang) jasmani. 


Jam sekolah pun tidak sepadat sekarang. Sehingga sore hari tersisa banyak waktu untuk asah spiritual (seperti mengaji di surau untuk anak-anak muslim). IQ, EQ dan SQ berkolaborasi menyatu. Tujuannya: terbentuk insan pancasilais. Tapi bukan yang setiap bulan Juni sebar meme "Saya Pancasila" dan sejenisnya.


Saya berharap, siapapun nanti menteri pendidikan di 2024, dapat belajar dari sejarah negeri. Juga menguasai budaya bangsa. Agar lahir generasi standar internasional, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral khas Indonesia.


#pendidikan
#pendidikankarakter
#pendidikanindonesia



Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama