Agama itu privasi dan hening, hak azazi

Agama itu privasi dan hening, hak azazi



Agama itu hal yang sangat privasi dan disampaikan dengan suara lembut tanpa intonasi. Tidak penting body language. Retorika kering. Logika terasa tumpul. Karena yang dituju adalah hati , bukan nafsu. Nabi Muhammad mendapatkan wahyu kali pertama di Gua Hira.


 Dalam kesunyian dan jauh dari hiruk pikuk. Budha juga, di bawah sebatang pohon di Bodh Gaya. Setibanya di “Thur Sina” Jauh dari keramaian. Kesunyian malam, perintah kepada Musa datang kali pertama sebagai Messenger.

Berabad-abad setelah sang mesennger wafat, kita pun menyaksikan agama tidak lagi soal keheningan. Tidak ada lagi bersahaja. 


Tidak ada lagi ruang privat. Di hadapan kita kenisah yang megah, mesjid yang agung, gereja yang gigantis, patung emas yang terbujur 14 meter, pagoda dengan pucuk yang berkilau – dan umat yang makmum, berdesak. Tampaknya dalam kemegahan itu. Berhala baru diciptakan. Tuhan ditempatkan dalam keramaian.


Ustad, pendeta, biksu dan apalah, sudah menjadikan diri mereka wakil Tuhan, yang maha tahu dan benar. Tentu maha pantas dapatkan uang dari umatnya. Mereka mengajarkan kalau tidak ada uang maka sabar dan carilah Tuhan.


 Tapi kalau mereka engga ada uang, mereka minta donasi ke umatnya, dan atau minta like dan subscriber kanal youtube nya. Agama jadi bisnis yang dikelola secara kapitalis.

Sementara kepada umatnya mereka tanamkan Fantasi tentang yang agung, untuk dimintai apa saja. Tuhan Penghukum yang bengis. Rasa kalah dalam gelut kompetisi kehidupan, tersalurkan dalam doa agar Tuhan mengutuk mereka yang berbeda. Tuhan juga sumber euforia tentang janji sorga. Dari sana tempat ibabah berubah jadi mesin kapitalis. Terorganisir mendatangkan uang mudah bagi pengelolanya. 


Akses mendapatkan kekuasaan bagi para politisi culas.

Mengapa ? Kita hidup dalam hasrat memiliki. Menjadikan nafsu sebagai Tuhan. Padahal agama dimaksudkan untuk membebaskan kita dari semua itu. Tapi apa lacur: agama, yang bermula lahir dari keheningan, berakhir menjadi alat propaganda sosial dan politik, juga tentunya berujung pada bisnis. Agama di era sekarang wajah lain dari sekularisme.


Usai sholat shalat jumat di masjid hagia sophia, Azra menantiku di resto di pusat kota Istanbul. “ Megah ya masjidnya ? Katanya.

“ Begitulah buah kekuasaan Ottoman sekian abad. “ Lanjutnya. Azra mengalihkan pandangan ketempat lain. Azra kemudian tersenyum kepadaku. Setidaknya Azra tetap jadi orang merdeka. Tak berhijab dan bergamis. Membuat hari hariku di istanbul menyenangkan.


“ B kamu sangat sibuk. Tapi sholat selalu ada waktu. Hebat

“ Ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia” Kata saya menirukan kata kata Tan Malaka.


Azra tahu, lira terjun bebas. Orang masih percaya doa bisa menyelesaikan segalanya. Faktanya bantuan uang China yang menyelesaikan. Toa masjid made in China juga yang membantu meramaikan masjid. Youtube made in AS yang membuat ustad dan pendeta terkenal dan kaya lewat like dan subscriber.



Erizeli Jely Bandaro
Berbuat karena kecintaan kepada Allah dan cukuplah Allah sebaik baiknya kembali dan balasan




Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama