KEMAMPUAN LOGIKA PTN SNMPTN SBMPTN

KEMAMPUAN LOGIKA PTN SNMPTN SBMPTN


Wacana perubahan mekanisme seleksi masuk PTN melalui SNMPTN dan SBMPTN yang digulirkan Mendikbudristek pekan lalu mengundang polemik di tengah masyarakat.

“Dalam seleksi tidak ada lagi lagi tes mata pelajaran, tetapi hanya tes skolastik yang mengukur empat hal yaitu potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris. Soal akan menitikberatkan kemampuan penalaran peserta didik, bukan hafalan,” ungkap Mendikbudristek.

Atas usulan tersebut, banyak orangtua dan guru yang merasa waktunya terlalu mepet untuk diterapkan tahun ini. Mereka mengusulkan perubahan itu dimulai tahun ajaran berikutnya.

Sudah menjadi pembicaraan umum bahwa siswa di Indonesia dituntut terlalu banyak menghafal tanpa pemahaman yang memadai.

Pemahaman itu bisa didapat bila anak memiliki logika penalaran yang baik. Di usia kanak-kanak, hal itu bisa dilatih melalui kegiatan sederhana, seperti, membiasakan berkegiatan secara urut, membahas sesuatu secara sistematis, memberi ruang untuk berdiskusi, dan seterusnya.

Ada contoh menarik. Pada masa sahabat Anas bin Malik Al-Anshari, tersebutlah seorang anak yang sangat cerdas dan dapat menjelaskan segala sesuatunya secara logis.

Ia adalah Iyas bin Muawiyah. Karena kecerdasannya, ia dijuluki “Adz-Dzki” yang artinya simbol kecerdasan.

Suatu hari datanglah seorang Duhkon, semacam pejabat desa, dari Persia di majelisnya dan bertanya, “Mengapa khamr itu diharamkan, sedangkan ia tak lebih dari kurma dan air yang diolah, dan keduanya sama-sama halal?”

Iyas memberikan jawaban dengan logika dengan sangat cerdas, “Apakah kalau aku menyiramkan air kepadamu terasa sakit? Apakah kalau aku menyiramkan pasir akan terasa sakit? Apakah kalau aku menyiramkan perekatnya (semacam semen sekarang) akan terasa sakit?”

Semuanya dijawab tidak oleh orang Persia itu.

Lalu Iyas melanjutkan, “Kalau semua bahan itu aku campur, lalu aku keringkan hingga mengeras, dan aku lemparkan padamu, apakah akan terasa sakit?”

“Iya,” jawabnya.

“Seperti itulah perumpamaan khamr. Di saat kau kumpulkan bagian-bagiannya lalu diolah menjadi minuman yang memabukkan, maka ia menjadi haram,” jawabnya.

Karena kecerdasan logikanya, berkali-kali ia mematahka argumen orang-orang Yahudi Madinah yang suka mendebat segala hal. Hingga seorang Yahudi menyumpahinya, “Celaka engkau Iyas. Semoga engkau mati sebelum dewasa."

Namun doa musuh Allah itu tidak terkabul. Iyas bin Muawiyah wafat di usia 76 tahun dan sepanjang hidupnya mengajarkan banyak ilmu.. 

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama