JELITA NAN PANJANG TANGANNYA DERMAWAN SEJATI

JELITA NAN PANJANG TANGANNYA DERMAWAN SEJATI


"Yaa Rasulullah SAW, tak ada sesuatu yang berharga di rumah kami kecuali kuda yang dibawa Zubair. Bolehkah aku memberikan sebagian pendapatanku kepadanya?''

Rasulullah SAW menjawab, "Berikanlah sesuai kemampuanmu dan janganlah bakhil, sehingga orang lain akan bakhil terhadapmu."

Wanita sholehah yang bertanya itu adalah Asma binti Abu Bakar. Dari namanya sudah ketahuan siapa bapaknya.

Ia adalah saudara perempuan beda ibu dengan Ummahatul Mu’minin Aisyah RA. Istri dari sahabat mulia yang termasuk 10 sahabat yang dijamin surga, Zubair bin Awwan.

Namanya tercatat sebagai salah satu Muslimah yang sangat dermawan. Kedermawanannya dipuji para sahabat. Dari Abdullah bin Zubair berkata, "Tidaklah kulihat dua orang Muslimah yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma."

Kemurahan hati keduanya berbeda. Ibunda Aisyah suka mengumpulkan sesuatu dan setelah banyak lalu dibagikannya. Sedangkan Asma tidak pernah menyimpan sesuatu untuk besoknya, semua langsung habis dibagikan.

Tak hanya memberikan sebagian hartanya untuk suaminya, namun pernah kala sakit, Asma membebaskan seluruh hamba sahaya yang dimilikinya.

Muslimah yang juga masyhur dengan kedermawanannya adalah Ummahatul Mu’minin Zainab binti Jahsy. Ia adalah istri Rasulullah SAW yang paling dermawan hingga berjuluk “panjang tangan”.

Semasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khatab, Ibunda Zainab mendapatkan jatah dari Baitul Mal. Begitu diterima, harta itu segera disedekahkan untuk dhuafa.

Kabar itu sampai ke telinga sang Khalifah yang bergegas mengirim kembali harta kepadanya. Akan tetapi, tetap saja, Ibunda Zainab menyedekahkannya lagi untuk fakir miskin dan anak yatim.

Hebatnya, sebagaimana Asma binti Abu Bakar, harta yang disedekahkan Ibunda Zainab adalah harta pribadi yang diupayakan sendiri.

Ibunda Zainab terkenal dengan keahliannya menyamak kulit serta memintal dan menenun kain sutra. Hasil jerih payahnya itulah digunakan untuk bersedekah.

Kedermawanan para sahabiyah mulia itu dicontoh Muslimah hebat lainnya. Tersebutlah nama Fatimah Al Fihri, seorang saudagar wanita kaya, anak saudagar kaya raya Muhammad Al Fihri.

Ia mendermakan sebagian besar hartanya untuk membangun Jami’ Al Qarawiyyin. Pembangunannya dimulai pada awal Ramadhan 245 H, atau bertepatan dengan 30 Juni 859 M.

Jami’ Al Qarawiyyin adalah universitas pertama di dunia yang menawarkah gelar kesarjanaan yang sampai sekarang masih berdiri di kota Fes, Maroko.

Tak kurang hebat, almamater universitas ternama itu adalah para cendekiawan Muslim seperti Abu al-Abbas az-Zawawi pakar matematika, Ibnu Bajah pakar bahasa Arab, hingga bapak sosiolog Ibnu Khaldun.

Para Muslimah dermawan itu memberikan keteladanan. Sebab pada hakikatnya bakhil bukanlah perkara karakter, melainkan soal keimanan.

Mereka yang paham bahwa harta yang dimiliki sebenarnya bukan miliknya, dengan mudah akan memberikan pada siapa saja yang seharusnya mendapatkannya.

Tak ada alasan bagi kita untuk tidak mengikutinya. Setuju?

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama