Ibunya Buta Dan Tak Pernah Melihat Wajah Anaknya Tapi Melihat Anak Melakukan Ini
Ibunya buta dan tak pernah melihat wajah anaknya, tapi lihat yang dilakukan anak Ini Bikin Jantung Berhenti Berdetak!💔
Dia tak pernah melihat wajah anaknya, sampai sebuah keajaiban datang. Tapi, rahasia di balik semua itu akan membuatmu berlinang air mata!. Di desa terpencil yang diselimuti kabut pagi, hiduplah seorang ibu yang matanya telah lama padam. Sejak lahir, dunia baginya adalah sentuhan dan suara. Tapi, ada satu suara yang paling ia kenali, satu sentuhan yang paling ia rindukan untuk ia lihat: putranya, Arya, yang berusia 14 tahun. Arya adalah mata ibunya, kakinya, dan satu-satunya dunianya. Dengan sabar, ia membimbing sang ibu melintasi setiap jejak kehidupan, tak pernah mengeluh, tak pernah lelah.
Suatu hari, secercah harapan menyala. Sebuah bisikan tentang operasi mahal yang bisa mengembalikan penglihatan ibunya sampai ke telinga Arya. Namun, biaya yang dibutuhkan setinggi langit, sebuah gunung yang mustahil didaki bagi mereka. "Bagaimana mungkin?" batin Arya, hatinya pilu. Tapi, tekadnya lebih kuat dari keraguan.
Diam-diam, Arya memulai misinya. Sepulang sekolah, saat teman-temannya bermain, ia bekerja. Kebun tetangga menjadi lahan penghasilannya, karung-karung beras ia angkat hingga punggungnya pegal, dan di toko kecil desa, ia menjadi tangan kanan sang pemilik. Setiap keping uang yang ia dapat, ia sisihkan. Tak ada jajan, tak ada mainan baru. Hanya satu tujuan: melihat ibunya kembali melihat. Setiap malam, ia mencium tangan ibunya yang keriput, membisikkan doa, "Bersabarlah, Ibu. Sebentar lagi..."
Tiga tahun berlalu, tiga tahun pengorbanan sunyi. Hari yang dinanti tiba. Sang ibu dibaringkan di ranjang rumah sakit, jantung Arya berdegup kencang di sampingnya. Saat perban dibuka perlahan, cahaya memenuhi ruangan. Air mata kebahagiaan membanjiri wajah sang ibu.
Untuk pertama kalinya, ia melihat wajah putranya! Ia memeluk Arya erat, "Kau bukan hanya anakku, Nak... Kau adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk membuka mata dan hatiku!"
Namun, kebahagiaan itu menyimpan sebuah rahasia, rahasia yang bahkan Arya sendiri tak sepenuhnya sadari. Seiring hari-hari berlalu, penglihatan sang ibu mulai memudar lagi. Panik melanda Arya. Dokter menggelengkan kepala, "Operasinya sempurna. Kami tak mengerti mengapa..."
Suatu malam, saat Arya tertidur kelelahan di samping ibunya, sang ibu menggenggam tangannya. "Nak," bisiknya pelan, "Ada sesuatu yang harus Ibu beritahu. Bertahun-tahun yang lalu, saat kau masih kecil, sebuah kecelakaan membuat penglihatan Ibu hancur. Dokter mengatakan Ibu butuh donor mata."
Arya menatap ibunya dengan bingung. "Lalu, Bu? Apa hubungannya dengan sekarang?"
Sang ibu tersenyum sendu, air mata mengalir di pipinya yang keriput. "Biaya operasi itu memang mahal, Nak. Tapi yang paling sulit... adalah menemukan donor yang cocok." Ia menarik napas dalam, tatapannya kini lurus ke arah Arya, seolah melihat menembus kegelapan yang kembali merayap. "Dulu, saat Ibu masih bisa melihat sedikit, Ibu pernah menulis surat wasiat. Ibu tidak ingin hidup jika kau harus menderita karenaku."
Arya merasakan darahnya berdesir dingin. Ia mulai mengerti.
"Saat dokter menemukan donor yang cocok, itu adalah seorang anak laki-laki yang meninggal dalam kecelakaan tragis. Matanya... matanya sempurna untuk Ibu," lanjut sang ibu, suaranya tercekat. "Dan yang paling menyakitkan, Nak... saat Ibu terbangun dari operasi itu, dokter memberitahu Ibu siapa donornya. Itu adalah matamu, Nak. Matamu yang dulunya telah didonorkan untuk Ibu."
Arya terperangah. Rasa nyeri menjalar di dadanya. Jadi, selama ini, penglihatannya sendiri yang telah ia korbankan untuk ibunya? Ia tidak buta sejak lahir. Dia rela kehilangan pandangannya agar ibunya bisa melihat. Itulah pengorbanan sejati yang tak pernah ia ceritakan pada siapa pun, bahkan ibunya sendiri.
Sang ibu kini meraba wajah Arya, seolah ingin merekam setiap detailnya sebelum kegelapan total datang kembali. "Ibu tahu, Nak. Ibu tahu kau berbohong. Ibu tahu kau mengatakan ibulah yang buta dari lahir. Tapi sekarang, Ibu melihat segalanya. Ibu melihat pengorbananmu yang tak terhingga. Ibu melihat betapa besarnya cintamu."
Dan pada akhirnya, di tengah kegelapan yang menyelimuti mereka berdua, ada cahaya yang jauh lebih terang: cinta tanpa syarat seorang anak yang rela mengorbankan segalanya demi melihat senyum di wajah ibunya, bahkan jika itu berarti ia sendiri harus hidup dalam kegelapan.
Posting Komentar