Jubir Noor Syahid Pondok Pesantren Gontor, Tak Ada Niat Nutupi Dan Halangi Proses Hukum Atas Meninggalnya AM
Juru Bicara Pondok Modern Darussalam Gontor, Noor Syahid, menjelaskan, tidak ada niat untuk menutup-nutupi bahkan menghalangi proses hukum atas kasus penganiayaan yang mengakibatkan meninggalnya santri asal Palembang berinisial AM.
Menurutnya, pihak pesantren justru mendorong kepolisian agar kasus tersebut dapat dibuka secara transparan sesuai aturan hukum yang berlaku. [Republika, 7/9]
Menanggapi kasus tersebut, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag Waryono Abdul Ghofur mengatakan, "Rancangan Peraturan Menteri Agama tentang Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Kekerasan mudah-mudahan dapat segera disahkan.”
Kemenag terus memproses penyusunan regulasi pencegahan tindak kekerasan pada pendidikan agama dan keagamaan. Menurutnya, saat ini regulasi tersebut sudah dalam tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM.
Pesantren tak dapat dipisahkan dari sosok Kyai. Penghormatan pada Kyai umumnya bersifat mutlak. Ada satu keyakinan di balik tradisi itu. Para santri mengharapkan keberkahan ilmunya di dunia dan akhirat. Bila tidak menghormati guru, maka ilmunya tak akan berkah.
Salah satu kitab yang diajarkan di pesantren, “Ta'limul Muta'allim Thariqah Litta'allum” karya Syeikh Azzarnuji, berisi tentang panduan bagaimana cara menuntut ilmu, termasuk menghormati guru.
Mereka yang baru menjadi santri biasanya mempelajari kitab ini. Tujuannya untuk memudahkannya menimba ilmu.
Adab yang diajarkan dalam kitab tersebut di antaranya, santri tidak berjalan di depan guru, tidak duduk di tempat guru, tidak memulai bicara kecuali dengan izin guru, dan seterusnya.
Penghormatan pada guru ini pun dicontohkan para ulama terdahulu. Seperti yang tertulis dalam Kitab “Manaqib al-Imam Abu Hanifah” yang disusun oleh Al-Khuwârizmi.
Imam Abu Hanifah berkata, “Aku tak penah menyelonjorkan kakiku menghadap rumah guruku, karena menghormatinya.
Lanjutnya, “Dan setiap shalat sejak wafatnya guruku itu, aku meminta ampunan untuknya dan untuk orang tuaku. Sungguh aku meminta ampunan untuk orang-orang yang telah mengajariku ilmu.”
Penghormatan serupa juga dilakukan Imam As-Syafi’i. Sang imam yang setiap kali memegang lembaran kitab selalu memegangnya dengan lembut dan hati-hati agar tidak menimbulkan suara karena khawatir gurunya, Imam Malik, mendengar dan terganggu.
Murid Imam As-Syafi’I yang bernama Ar-Rabî’ bin Sulaiman pun setali tiga uang, “Demi Allah aku tak berani minum, sedang Imam As-Syafi’i sedang melihatku.”
Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata, “Tidaklah aku tidur sejak tiga puluh tahun, melainkan aku pasti mendoakan Imam As-Syafi’I dan meminta ampunan untuknya.”
Sungguh, para ulama telah menyontohkan keberkahan ilmu tersebab ridha guru.
Kasus penganiayaan santri oleh santri di Gontor telah ditangani secara hukum. Mari kita tunggu penyelesainnya.
Tidak perlu menambah kegaduhan yang akhirnya malah mendiskreditkan
bloging, seo, ads, media, selebrities, teknologi,
AM
Halangi
Jubir
Meninggalnya
Noor Syahid
Nutupi
Pondok Pesantren Gontor
Proses Hukum
Tak Ada Niat