GAYUNG TAK BERSAMBUT, KEBELET NIKAH

GAYUNG TAK BERSAMBUT, KEBELET NIKAH


Salah satu kewajiban orangtua adalah mencarikan jodoh untuk anaknya. Sebagaimana yang tulis Imam Ibn Utsaimin.

“Ketika orangtua mampu menikahkan anaknya, maka ia wajib menikahkannya, sebagaimana ia wajib memberi pakaian, memberi makan, minum, tempat tinggal kepadanya”. [Al-Liqa as-Syahri, volume 28, no. 2].

Itu pula yang dilakukan sahabat mulia Umar ibn Khattab setelah menantunya, Khumais bin Hudzafah As Sahmi, terluka di perang Uhud dan meninggal di Madinah.

Ia menawarkan pada Abu Bakar untuk menikahi putrinya, Hafshah binti Umar. Namun Abu Bakar tidak memberikan jawaban yang jelas.

Umar lalu mendatangi Utsman ibn Affan yang istrinya, Ruqayyah binti Muhammad, baru saja meninggal dunia. Tapi Utsman juga menolaknya, “Aku masih berduka dan belum ingin menikah dalam waktu dekat ini.”

Diadukannya hal itu pada Rasulullah SAW bahwa kedua sahabatnya menolak putrinya. Rasulullah SAW lalu bersabda, "Hafshah akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Utsman, dan Utsman akan menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah."

Benar saja, tak lama Rasulullah SAW meminang Hafsah dan Utsman dinikahkan dengan putri Rasulullah SAW yang lain, Ummu Kultsum binti Muhammad.

Tak hanya Umar ibn Khattab yang pernah merasakan gayung tak bersambut. Manusia paling mulia, Rasulullah SAW pun pernah ditolak pinangannya. Tak tanggung-tanggung, dua kali oleh wanita yang sama.

Tersebutlah seorang wanita sholehah yang bernama Fakhitah binti Abi Thalib, kelak dikenal sebagai Ummu Hani'. Ia adalah saudara perempuan Ali bin Abi Thalib.

Saat masih lajang, Rasulullah SAW pernah meminangnya. Namun Abi Thalib memilih menikahkan putrinya itu dengan Hubayra bin Abi Wahb.

Abu Thalib menjelaskan alasan penolakannya demi menjaga hubungan baik dengan kabilah Bani Makhzum, sebagaimana tradisi Arab kala itu.

Setelah ditinggal suaminya, Rasulullah SAW sempat melamar Ummu Hani’ untuk kedua kalinya. Namun kali ini pun tetap ditolaknya.

“Wahai Rasulullah SAW tidak ada wanita yang tak ingin menjadi istrimu, begitu pula denganku. Tapi aku memiliki banyak anak. Jika aku berat kepada suami, aku takut menelantarkan anak -anakku yang masih kecil dan jika aku berat kepada anak, aku takut dzalim kepada hak suamiku. Maafkan aku tidak bisa menerima lamaranmu.”

Demikianlah, jodoh telah diatur oleh Allah. Bahkan ketika kesempatan berjodoh itu hadir, belum tentu ia menjadi jodoh kita. Allah yang Maha Tahu Segalanya.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama