Cerita Tiara, Kena Pajak Bea Cukai Rp 600.000 untuk Oleh-oleh Makanan Seharga Rp 300.000
Unggahan video perihal pajak bea cukai sebesar Rp 600.000 untuk oleh-oleh seharga Rp 300.000 ramai di media sosial, TikTok.
Unggahan tersebut diposting oleh akun TikTok @tiaranab_.
"Kena Pajak Beacukai 600K buat oleh-oleh 300rb?!" tulisnya.
Hingga Jumat (24/3/2023) sore, unggahan video tersebut telah dibagikan lebih dari 1.231 kali dan disukai lebih dari 6.894 warganet.
@tiaranab_ ???? sudah benar menang selama ini gausah beli oleh-oleh, giliran mau bawa buat ponakan eh disuruh bayar karena dianggap bukan personal use???? #taatpajak ? Ghibli system. A sad and beautiful ballad(87172) - ?????
Lantas seperti apa ceritanya?
Cerita Tiara soal pajak bea cukai Rp 600.000
Warga Jakarta bernama Tiara Nabila menceritakan kejadian tersebut.
Pengenaan pajak bea cukai sebesar Rp 600.000 itu bermula ketika ia bersama dua orang temannya pulang dari Thailand dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada Kamis (2/3/2023).
Waktu itu, Tiara mengaku membawa barang (oleh-oleh) lumayan banyak, termasuk satu kardus berisi makanan.
"Jadi kebetulan temen saya memang belanjaannya banyak, saya juga banyak sih, namanya cewek kan, di sana juga murah," kata Tiara kepada Kompas .com, Jumat (24/3/2023).
Akan tetapi, ia terkejut ketika oleh-oleh makanannya yang seharga Rp 300.000 itu justru dikenakan pajak bea cukai sebesar Rp 600.000.
Hal ini bermula ketika petugas bea cukai di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) memeriksa barang bawaannya yang memiliki berat sekitar 30 kilogram.
"Habis itu kira-kira dianter ke ruang bea cukai untuk dicek lagi semua barang, diliatin satu-satu sama mereka, difoto-fotoin," jelas dia.
"Entah kenapa saat itu saya bawa nota dan diambil mereka. Total belanjaannya sekitar 600 baht atau sekitar Rp 300.000, jadi memang enggak banyak," sambungnya.
Oleh-oleh permen dan pengalaman pertama
Menurutnya, kejadian pemeriksaan petugas bea cukai di bandara Soetta tersebut merupakan pengalaman pertama kali baginya, sehingga ia sempat terkejut dan bingung.
Ia menjelaskan, oleh-oleh tersebut berupa makanan seperti perman yang harga per item-nya hanya 5 baht atau Rp 2.000.
"Saya sempat tanya kalau ini kan oleh-oleh, ya wajar kan jumlahnya di atas 10, apalagi itu cuma permen," kata dia.
Akan tetapi, Tiara mengaku bahwa petugas saat itu menganggap oleh-olehnya melebih batas normal.
Petugas juga memasukkan barang bawaannya ke dalam kategori volume karena memuat banyak produk.
"Sayangnya, meskipun nota yang mereka terima itu harganya 600 baht, tapi karena produknya banyak, dibilang kena volume," kata dia.
"Akhirnya, penetapannya, saya dimasukkan kategori punya 150 produk dengan harga sekitar Rp 2,2 juta. Yang paling saya kagetin, saya enggak belanja di atas Rp 7,5 juta, tapi kenapa bisa dianggap produk ini bukan barang peronal use," lanjutnya.
Kategori barang bawaan penumpang
Pihak bea cukai kemudian memberi penjelasan bahwa mereka berhak menetapkan kategori barang bawaan penumpang.
Bukan hanya makanan, dua balsem yang dibelinya di Thailand seharga Rp 20 baht atau sekitar Rp 10.000 per biji pun juga ikut kena pajak.
Bahkan, pihak bea cukai mengubah harga balsem itu dari 20 baht menjadi 20 dollar AS.
"Dua balsem itu harga satunya 20 baht, sama mereka harganya jadi 20 dollar AS. Saya tanya, 'ini harganya 20 baht kok bisa 20 dollar AS?', petugasnya bilang 'ini kita pakai ketetapan harga termurah aja', jelas dia.
Karena dalam kondisi lelah, ia pun enggan berdebat panjang lebar terkait pajak barangnya tersebut.
Ia kemudian membayar nominal pajak bea cukai yang ditetapkan oleh petugas via transfer ke KCPU Soekarno-Hatta dan bisa keluar dengan membawa oleh-olehnya.
"Kondisinya saat itu saya capek banget, jadi enggak seberapa komplain, yang bisa dibayar seminimal mungkin, ya kita bayar," tutupnya.
bloging, seo, ads, media, selebrities, teknologi,
Cerita Tiara
Kena Pajak Bea Cukai Rp 600.000
untuk Oleh-oleh Makanan Seharga Rp 300.000