PARA PENJAGA CALON ULAMA

PARA PENJAGA CALON ULAMA

Tak jauh dari tempat saya duduk terlihat sebuah halaqah kecil, empat orang perempuan dan seorang guru yang sedang menjelaskan sesuatu.
Mereka terlihat menikmati diskusi. Sesekali muridnya menimpali. Sesekali terdengar tawa kecil. Ingin rasanya mendekat dan ikut dalam percakapan itu.

Saya lemparkan seulas senyum saat tak sengaja pandangan saya beradu dengan Sang Guru. Saya anggukkan kepala tanda hormat, yang dijawabnya dengan anggukan serupa.
Seperti inikah dulu halaqah Imam Suyuthi? Ahli hadist yang mendedikasikan hidupnya untuk belajar dan mengajar di institusi pendidikan yang terhormat ini.

Mungkinkah Imam Ibnu Khaldun pernah duduk di tempat saya duduk ini saat memimpin majelisnya yang selalu dipenuhi murid-muridnya? Pastilah tempat ini sangat istimewa hingga dipilihnya setelah meninggalkan Andalusia.

Tiga puluh lima tahun bukan waktu yang singkat. Ia selesaikan karya fenomenalnya kitab “Muqaddimah”, khususnya jilid kedua yang banyak berbicara ihwal dunia Islam bagian timur dan ia tuntaskan penulisan autobiografinya di tempat yang penuh keberkahan ini.

Saya teringat sebuah artikel yang ditulis sebuah media Barat sekian tahun lalu. Islam akan tetap berjaya selama umatnya masih tetap melaksanakan ibadah haji ke Baitullah; shalat Jumat berjamaah; dan tradisi keilmuan terjaga di Universitas Al-Azhar, Kairo.

Begitu pentingnya institusi pendidikan bernama Universitas Al Azhar di Kairo, hingga para orientalis menyebutnya sebagai benteng intelektualitas umat. Mengapa demikian?
Karena di tempat ini para calon ulama ditempa dengan perangkat keilmuan Islam, klasik maupun kontemporer, yang selama berabad-abad terus diajarkan.

Jejak keilmuan itu ditinggalkan oleh ulama-ulama yang luar biasa, seperti Syaikh Ahmad Kurani guru Sultan Muhammad Al Fatih, Imam Suyuthi, Ibu Hajar al Asqalani, Ibnu Aqil, Ibnu Hisyam, Abu Hayyan, sejarawan Al Maqrizi, hingga Ibnu Khaldun.

Tak hanya tradisi keilmuannya yang terjaga, begitupun dengan sistem pendaan yang ditopang oleh wakaf yang lestari hingga kini.
Tercatat Khalifah al-Hakim Biamrillah merupakan orang yang pertama menggagas wakaf harta untuk kelangsungan Universitas al- Azhar.

 Upaya sang khalifah lantas diikuti para penerusnya.
Tidak inginkah kita menjadi bagian dari mereka?
🌼🌼🌼
Sahabat, terinspirasi dari fakta sejarah yang luar biasa, maka sebuah gerakan kebaikan digulirkan melalui Wakaf Literasi JOURNEY TO THE LIGHT Dari Buku untuk Buku.
Seluruh royalty dari penjualan buku JOURNEY TO THE LIGHT akan diwakafkan untuk pembelian buku diktat bagai mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Universitas Al Azhar, Kairo melalui Lazismu Mesir.
Lazismu Mesir adalah organisasi filantropi yang melakukan banyak terobosan, baik dalam pendidikan, kesehatan, dan sosial. Di antaranya, menjawab persoalan finansial yang menimpa mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Mesir melalui program BKU (Beasiswa Kader Ummat).

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama