MENGERIHKAN TERBELENGGU CINTA GADIS PEMUJA SETAN
Jam 3 sore selesai waktu kerja, Deny langsung pulang ke rumah Xena.
Setibanya di rumah, Deny langsung mandi dan ganti pakaian, lalu ia turun ke bawah untuk menemui mang Kohar yang mungkin berada di belakang.
Dari teras belakang Deny memanggil mang Kohar, dan tak menunggu lama mang Kohar pun muncul, dengan setengah berlari ia mendatangi Deny dan bertanya ada perlu apa memanggilnya.
"Lagi sibuk mang?" Tanya Deny setelah mang Kohar di hadapannya.
"Enggak pak sedang nonton tv saja, ada perlu apa pak,"
Jawab mang kohar sembari sedikit membungkukkan badan tanda hormat.
"Mang, saya mau keluar, mungkin malam saya baru pulang, soalnya ada tugas luar, jadi mamang sama bibi tidur di kamar tamu saja ya," ujar Deny memberitahukan jika ia akan keluar rumah dengan alasan tugas, namun mang Kohar terlihat ragu ketika di suruh untuk tidur di kamar tamu.
"Biar mamang sama bibi di ruang keluarga saja pak" ucap mang Kohar menolak dengan halus.
"Ya sudah terserah saja, o ya ini untuk beli bakso kalau lapar nanti malam"
Deny memberikan selembar uang pecahan seratus ribu rupiah kepada mang Kohar, namun mang Kohar menolaknya.
"Eh tak usah repot-repot pak,"
Ucapnya menolak, namun Deny tetap memberikan uang itu.
"Ya udah saya pergi dulu ya mang, hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa cepat telfon saya." Ujar Deny, lalu berangkat.
Deny mengendarai mobilnya dengan santai, karena waktu masih sore, kira-kira masih jam setengah lima sore.
Dari daerah Baloi, Deny terus belok masuk ke arah penuin, lalu memarkirkan mobilnya di sebuah hotel yang ada di daerah tersebut.
Deny tidak berniat untuk menginap di hotel itu, melainkan di lantai dasar hotel ada sebuah pub kecil, yang sesekali Deny memang berkunjung di sana.
Di lobby Deny duduk di sofa sembari menelfon.
"Hallo bang, aku di penuin ya di tempat biasa, Abang sekarang dimana?, Oke bang aku tunggu ya."
Tanya Deny kepada seseorang di telefonnya.
Sembari menunggu temannya datang Deny mendekati meja Viar yang tak jauh dari sofa dimana sebelumnya ia duduk, dengan sok cool Deny menyapa dua viar cantik itu.
"Masuk sore ya dek?"
Sapanya setelah di hadapan meja Viar itu.
"Iya mas, mau pesan kamar ya?"
Jawab dan sekaligus tanya Viar cantik yang terlihat di papan nama sebelah kanannya tertulis nama Sherly.
"Hmmmm .... Cantik juga nih cewek,"
Deny berbicara sendiri dalam hati.
Jam 3 sore selesai waktu kerja, Deny langsung pulang ke rumah Xena.
Setibanya di rumah, Deny langsung mandi dan ganti pakaian, lalu ia turun ke bawah untuk menemui mang Kohar yang mungkin berada di belakang.
Dari teras belakang Deny memanggil mang Kohar, dan tak menunggu lama mang Kohar pun muncul, dengan setengah berlari ia mendatangi Deny dan bertanya ada perlu apa memanggilnya.
"Lagi sibuk mang?" Tanya Deny setelah mang Kohar di hadapannya.
"Enggak pak sedang nonton tv saja, ada perlu apa pak,"
Jawab mang kohar sembari sedikit membungkukkan badan tanda hormat.
"Mang, saya mau keluar, mungkin malam saya baru pulang, soalnya ada tugas luar, jadi mamang sama bibi tidur di kamar tamu saja ya," ujar Deny memberitahukan jika ia akan keluar rumah dengan alasan tugas, namun mang Kohar terlihat ragu ketika di suruh untuk tidur di kamar tamu.
"Biar mamang sama bibi di ruang keluarga saja pak" ucap mang Kohar menolak dengan halus.
"Ya sudah terserah saja, o ya ini untuk beli bakso kalau lapar nanti malam"
Deny memberikan selembar uang pecahan seratus ribu rupiah kepada mang Kohar, namun mang Kohar menolaknya.
"Eh tak usah repot-repot pak,"
Ucapnya menolak, namun Deny tetap memberikan uang itu.
"Ya udah saya pergi dulu ya mang, hati-hati dirumah, kalau ada apa-apa cepat telfon saya." Ujar Deny, lalu berangkat.
Deny mengendarai mobilnya dengan santai, karena waktu masih sore, kira-kira masih jam setengah lima sore.
Dari daerah Baloi, Deny terus belok masuk ke arah penuin, lalu memarkirkan mobilnya di sebuah hotel yang ada di daerah tersebut.
Deny tidak berniat untuk menginap di hotel itu, melainkan di lantai dasar hotel ada sebuah pub kecil, yang sesekali Deny memang berkunjung di sana.
Di lobby Deny duduk di sofa sembari menelfon.
"Hallo bang, aku di penuin ya di tempat biasa, Abang sekarang dimana?, Oke bang aku tunggu ya."
Tanya Deny kepada seseorang di telefonnya.
Sembari menunggu temannya datang Deny mendekati meja Viar yang tak jauh dari sofa dimana sebelumnya ia duduk, dengan sok cool Deny menyapa dua viar cantik itu.
"Masuk sore ya dek?"
Sapanya setelah di hadapan meja Viar itu.
"Iya mas, mau pesan kamar ya?"
Jawab dan sekaligus tanya Viar cantik yang terlihat di papan nama sebelah kanannya tertulis nama Sherly.
"Hmmmm .... Cantik juga nih cewek,"
Deny berbicara sendiri dalam hati.
Enggak dek, lagi nunggu temen aja, lagian untuk apa saya ambil kamar, soalnya enggak ada temen untuk nginapnya juga kan?"
Jawab Deny sengaja memancing reaksi dari Viar cantik itu.
"Hehehe mas bisa aja," ucap Viar itu sembari tersenyum manis.
"O ya boleh kenalan? Banyak temen kan lebih asik, ya enggak?" Ucap Deny seraya menyodorkan tangan.
"Boleh aja mas," jawab mereka dan langsung menerima salam Deny.
"Nama saya Deny, kamu Sherly kan"
Ucap Deny sok tahu, seraya menggenggam tangan Sherly lebih lama, sekaligus memainkan jari di telapak tangan Sherly, yang membuat Sherly jadi salah tingkah, terlihat raut wajahnya bersemu merah.
Di saat Deny tengah beraksi, tiba-tiba saja.
"Ehem ... ehem .... Sudah-sudahlah den," terdengar seseorang berbicara yang di tujukan kepada Deny.
Deny menoleh ke arah sumber suara dan ternyata itu Sandy yang datang.
"Hahaha ... Ganggu saja Abang nih," ucap Deny malu-malu dan melepaskan tangan Sherly.
"Sudah lama nunggu den?"Tanya Sandy.
"Mana tahu aku sudah lama atau belum nunggunya bang, kalau sama Sherly nunggunya, hahaha"
Jawab Deny sembari tertawa dan melirik ke Sherly. Mendengar gombalan Deny Sherly hanya tersenyum malu saja.
"Jadi gimana den, langsung saja kita ke dalam?, Kalau adek-adek ini mau bergabung ayoklah" ajak Sandy ke Deny sekalian berbasa-basi kepada Sherly dan temannya.
"Oke bang," jawab Deny singkat, dan langsung melangkah menuju pub yang ada di dalam, tak lupa ia mengedipkan sedikit mata sebelah kiri ke Sherly dan berkata, "mas tunggu di dalam ya dek,"
"Iya mas nanti aku nyusul"
Jawab Sherly dengan senyum manis, dan sepertinya sudah satu frekwensi.
Di dalam pub Deny dan Sandy seperti biasa pesan sofa di bagian sudut, yang memang mereka lebih nyaman dengan suasana yang lebih temaram.
Minuman long island terlihat di atas meja mereka.
"Den, kamu bisa gak sekali saja ke tempat nongkrong tidak pake cewek,"
Ucap Sandy ke Deny sembari tertawa.
"Hahaha, kok itu pula yang Abang bahas, yaaa gimana ya bang, mumpung masih kuaaat gak perlu pake jamu seperti Abang, hahaha,"
Jawab Deny seraya memperagakan badan layaknya seorang binaragawan.
"Huussst .... Kurang ajar kamu hahahaha,"
Ucap Sandy, sembari mengacungkan jari telunjuknya di depan bibir dan tertawa, demikian pula dengan Deny.
Di tengah Sandy mengobrol, terlihat ada seorang wanita menghampiri mereka dengan sebuah mic di tangannya.
"Wiiiih ... ada aa Deny,"
Sapanya setelah di depan sopa Deny dan Sandy.
"Heeyy ... sayang"....
Jawab Deny dengan senyum terbaiknya. Lalu wanita cantik itu duduk di sebelah Deny sembari memeluk manja Deny.
"Hmmmm ... Enak ya, baru Dateng udah dapat pelukan, bisik Sandy ke Deny. Mendapat bisikan dari Sandy, Deny hanya nyengir dan berkata.
"Namanya juga rejeki bang, hahaha."
Singkat cerita, Deny dan Sandy setelah bersantai di pub melanjutkan dengan mengambil paket room, karena di VIP room lebih tertutup, dapat bernyanyi karaoke sepuasnya ketimbang di dalam pubnya.
Di dalam VIP terlihat Sandy terus bernyanyi bergantian dengan pemandu karaoke, sedangkan Deny hanya mengobrol dengan Sherly yang sudah lepas jam kerjanya.
Bukan Deny namanya jika saat itu Sherly sudah terlihat begitu dekat dengannya, bahkan Sherly sudah tidak sungkan duduk rapat di samping Deny.
Jawab Deny sengaja memancing reaksi dari Viar cantik itu.
"Hehehe mas bisa aja," ucap Viar itu sembari tersenyum manis.
"O ya boleh kenalan? Banyak temen kan lebih asik, ya enggak?" Ucap Deny seraya menyodorkan tangan.
"Boleh aja mas," jawab mereka dan langsung menerima salam Deny.
"Nama saya Deny, kamu Sherly kan"
Ucap Deny sok tahu, seraya menggenggam tangan Sherly lebih lama, sekaligus memainkan jari di telapak tangan Sherly, yang membuat Sherly jadi salah tingkah, terlihat raut wajahnya bersemu merah.
Di saat Deny tengah beraksi, tiba-tiba saja.
"Ehem ... ehem .... Sudah-sudahlah den," terdengar seseorang berbicara yang di tujukan kepada Deny.
Deny menoleh ke arah sumber suara dan ternyata itu Sandy yang datang.
"Hahaha ... Ganggu saja Abang nih," ucap Deny malu-malu dan melepaskan tangan Sherly.
"Sudah lama nunggu den?"Tanya Sandy.
"Mana tahu aku sudah lama atau belum nunggunya bang, kalau sama Sherly nunggunya, hahaha"
Jawab Deny sembari tertawa dan melirik ke Sherly. Mendengar gombalan Deny Sherly hanya tersenyum malu saja.
"Jadi gimana den, langsung saja kita ke dalam?, Kalau adek-adek ini mau bergabung ayoklah" ajak Sandy ke Deny sekalian berbasa-basi kepada Sherly dan temannya.
"Oke bang," jawab Deny singkat, dan langsung melangkah menuju pub yang ada di dalam, tak lupa ia mengedipkan sedikit mata sebelah kiri ke Sherly dan berkata, "mas tunggu di dalam ya dek,"
"Iya mas nanti aku nyusul"
Jawab Sherly dengan senyum manis, dan sepertinya sudah satu frekwensi.
Di dalam pub Deny dan Sandy seperti biasa pesan sofa di bagian sudut, yang memang mereka lebih nyaman dengan suasana yang lebih temaram.
Minuman long island terlihat di atas meja mereka.
"Den, kamu bisa gak sekali saja ke tempat nongkrong tidak pake cewek,"
Ucap Sandy ke Deny sembari tertawa.
"Hahaha, kok itu pula yang Abang bahas, yaaa gimana ya bang, mumpung masih kuaaat gak perlu pake jamu seperti Abang, hahaha,"
Jawab Deny seraya memperagakan badan layaknya seorang binaragawan.
"Huussst .... Kurang ajar kamu hahahaha,"
Ucap Sandy, sembari mengacungkan jari telunjuknya di depan bibir dan tertawa, demikian pula dengan Deny.
Di tengah Sandy mengobrol, terlihat ada seorang wanita menghampiri mereka dengan sebuah mic di tangannya.
"Wiiiih ... ada aa Deny,"
Sapanya setelah di depan sopa Deny dan Sandy.
"Heeyy ... sayang"....
Jawab Deny dengan senyum terbaiknya. Lalu wanita cantik itu duduk di sebelah Deny sembari memeluk manja Deny.
"Hmmmm ... Enak ya, baru Dateng udah dapat pelukan, bisik Sandy ke Deny. Mendapat bisikan dari Sandy, Deny hanya nyengir dan berkata.
"Namanya juga rejeki bang, hahaha."
Singkat cerita, Deny dan Sandy setelah bersantai di pub melanjutkan dengan mengambil paket room, karena di VIP room lebih tertutup, dapat bernyanyi karaoke sepuasnya ketimbang di dalam pubnya.
Di dalam VIP terlihat Sandy terus bernyanyi bergantian dengan pemandu karaoke, sedangkan Deny hanya mengobrol dengan Sherly yang sudah lepas jam kerjanya.
Bukan Deny namanya jika saat itu Sherly sudah terlihat begitu dekat dengannya, bahkan Sherly sudah tidak sungkan duduk rapat di samping Deny.
Deny tidak perlu di bahas lagi bagaimana sikapnya kepada Sherly, banyak modus dan trik yang ia buat hingga tanpa sadar Deny dengan bebas merangkul bahu atau memeluk Sherly, apalagi di dalam VIP room yang sengaja di buat setemaram mungkin cahaya lampunya.
Malam terus beranjak mulai larut, alunan musik karaoke berganti dengan musik lebih hot lagi. Sandy mulai terlihat lebih agresif ia bergoyang bersama pemandu karaoke.
Lain dengan Deny yang masih duduk di sofa bersama Sherly yang duduknya semakin rapat.
Sherly berdiri dari duduknya dan berbisik ke Deny jika ia hendak ke toilet untuk buang air kecil.
"Mas, aku ke toilet dulu ya mau pipis"
Bisiknya, lalu ia masuk ke toilet yang ada di ruang itu.
Di saat Sherly tengah berada di toilet, Deny hanya duduk di sofa sembari memperhatikan Sandy yang sedang asik goyang, sesekali Deny berteriak kepada Sandy.
"Hajaaaar bang, hahaha"
Ucap Deny memberi semangat kepada Sandy.
Namun tiba-tiba saja tawa Deny terhenti, ketika tanpa sengaja pandangannya ke arah cewek pemandu karaoke yang sedang asik bergoyang berhadapan Sandy.
Deny melihat sesuatu yang tidak asing, yaaah cewek yang sedang asik joget dengan Sandy itu kan perempuan berambut gimbal yang pernah ia lihat di kostan Vina, juga di teras rumahnya Xena waktu sedang mati lampu. Deny berkata di dalam hati.
Jantung Deny berdebar serta bulu kuduknya seketika meremang.
Deny mengucek kedua matanya untuk memperjelas penglihatannya, namun tetap penglihatannya tidak berubah.
Di saat itulah, perlahan tapi pasti sosok perempuan yang sedang berjoget dengan Sandy menoleh ke arah Deny seraya tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai.
Astaga .... Deny benar-benar shok melihat bagaimana bentuk rupa perempuan itu.
Wajah yang sangat mengerikan, banyak luka sayatan membusuk, dengan gigi bagian atas terlihat tersusun, karena tidak memiliki bibir bagian atasnya.
Tubuh Deny gemetaran, dengan ke dua mata terbelalak, tak dapat ia berbuat apa-apa selain hanya diam mematung memperhatikan perempuan itu. Tiba-tiba saja,
"Mas ... Mas ... Mas kenapa?"
Tanya Sherly yang saat itu sudah kembali dari toilet. Mendapati Deny yang terlihat aneh tentu saja Sherly khawatir dan panik, lalu ia dengan cepat mendekati dinding sebelah pintu masuk dan ceklek, Sherly menyalakan lampu utama ruang itu.
Seketika di dalam ruang itu menjadi terang benderang.
Malam terus beranjak mulai larut, alunan musik karaoke berganti dengan musik lebih hot lagi. Sandy mulai terlihat lebih agresif ia bergoyang bersama pemandu karaoke.
Lain dengan Deny yang masih duduk di sofa bersama Sherly yang duduknya semakin rapat.
Sherly berdiri dari duduknya dan berbisik ke Deny jika ia hendak ke toilet untuk buang air kecil.
"Mas, aku ke toilet dulu ya mau pipis"
Bisiknya, lalu ia masuk ke toilet yang ada di ruang itu.
Di saat Sherly tengah berada di toilet, Deny hanya duduk di sofa sembari memperhatikan Sandy yang sedang asik goyang, sesekali Deny berteriak kepada Sandy.
"Hajaaaar bang, hahaha"
Ucap Deny memberi semangat kepada Sandy.
Namun tiba-tiba saja tawa Deny terhenti, ketika tanpa sengaja pandangannya ke arah cewek pemandu karaoke yang sedang asik bergoyang berhadapan Sandy.
Deny melihat sesuatu yang tidak asing, yaaah cewek yang sedang asik joget dengan Sandy itu kan perempuan berambut gimbal yang pernah ia lihat di kostan Vina, juga di teras rumahnya Xena waktu sedang mati lampu. Deny berkata di dalam hati.
Jantung Deny berdebar serta bulu kuduknya seketika meremang.
Deny mengucek kedua matanya untuk memperjelas penglihatannya,
Di saat itulah, perlahan tapi pasti sosok perempuan yang sedang berjoget dengan Sandy menoleh ke arah Deny seraya tersenyum, atau lebih tepatnya menyeringai.
Astaga .... Deny benar-benar shok melihat bagaimana bentuk rupa perempuan itu.
Wajah yang sangat mengerikan, banyak luka sayatan membusuk, dengan gigi bagian atas terlihat tersusun, karena tidak memiliki bibir bagian atasnya.
Tubuh Deny gemetaran, dengan ke dua mata terbelalak, tak dapat ia berbuat apa-apa selain hanya diam mematung memperhatikan perempuan itu. Tiba-tiba saja,
"Mas ... Mas ... Mas kenapa?"
Tanya Sherly yang saat itu sudah kembali dari toilet. Mendapati Deny yang terlihat aneh tentu saja Sherly khawatir dan panik, lalu ia dengan cepat mendekati dinding sebelah pintu masuk dan ceklek, Sherly menyalakan lampu utama ruang itu.
Seketika di dalam ruang itu menjadi terang benderang.