KEBOCORAN DATA SANG PERETAS ATAU HACKER

KEBOCORAN DATA PERETAS ATAU HACKER


Peretas atau hacker dengan nama maya Bjorka, belakangan menjadi pusat perhatian di media sosial menyusul aksi-aksinya membocorkan data pribadi mulai dari 1,3 miliar data registrasi kartu SIM (Subscriber Identity Module) hingga data pejabat negara.

Data berupa surat dan dokumen Presiden Joko Widodo dan Badan Intelijen Negara (BIN) pun dijebol oleh Bjorka.

Kasus kebocoran data tersebut semakin diperparah dengan sikap pemerintah yang seakan saling lempar tanggung jawab. Padahal, kasus tersebut bukan yang pertama kali menimpa masyarakat Indonesia.

Sepanjang 2022, Indonesia sudah mengalami beberapa kasus kebocoran data berskala besar. Pertama adalah kasus kebocoran data dan dokumen milik Bank Indonesia pada Januari 2022.

Lalu kasus kebocoran data pasien di banyak rumah sakit di Indonesia. Data yang bocor berupa identitas, tempat dirawat, hasil tes Covid-19, hingga hasil pemindaian X-Ray.

Berikutnya, ada kebocoran data 21 ribu perusahaan di Indonesia, yang terdiri dari laporan keuangan, surat pemberitahuan tahunan (SPT), hingga Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). [Republika, 12/9]

Sebuah riset dirilis oleh Reboot Digital PR Service yang berbasis di Inggris tentang negara dengan keamanan siber terbaik hingga terburuk di seluruh dunia.

Data yang dianalisa termasuk unduhan drive-by, situs phishing, situs hosting malware, dan komputer yang disusupi, untuk membuat skor indeks bahaya siber.

Hasilnya, negara dengan keaman siber terbaik di dunia dipegang Korea Selatan, lalu Jepang dan Lebanon.

Mirisnya, negara dengan pengamanan siber terburuk di dunia menurut laporan tersebut adalah Indonesia, Siprus, dan Malaysia.

Keamanan data siber adalah sebuah keniscayaan di abad modern ini. Karena hampir semua data penting tersimpan secara digital. Kebocoran sedikit saja bisa berakibat fatal.

Menariknya, lima belas abad lalu ada contoh manusia mulia yang sangat dipercaya untuk menjaga kerahasiaan sebuah data.

Pada masa itu tantangan terbesar Muslimin di Madinah adalah kelompok orang-orang munafik dan sekutunya. Ada saja ulah mereka yang membuat kaum Muslimin nyaris celaka.

Rasulullah SAW lalu mengidentifikasi mereka. Mengumpulkannya menjadi satu data penting yang sangat rahasia.

Dipilihlah seorang sahabat mulia yang sangat terpercaya untuk menyimpannya. Ia adalah Hudzaifah Ibnul Yaman.

Mengapa Hudzaifah yang terpilih? Dalam penilaian Rasulullah SAW, Hudzaifah adalah seseorang yang sangat cermat memegang rahasia, berdisiplin tinggi, sehingga tidak seorang pun dapat mengorek data yang diamanahkan padanya.

Dengan memercayakan data yang sangat rahasia itu, Rasulullah SAW menugaskan Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan orang-orang munafik di Madinah untuk mencegah bahaya terhadap Islam dan umat Islam.

Karena inilah, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para sahabat dengan Shahibu Sirri Rasulullah (Pemegang Rahasia Rasulullah).

Begitu rapinya data itu disimpan, hingga 15 abad berlalu, tak satupun nama yang bocor. Apa jadinya kalau data itu dikelola dengan cara serampangan seperti yang terjadi hari ini?. 

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama