JALAN HIDAYAH YANG TAK TERDUGA-TERDUGA

JALAN HIDAYAH YANG TAK TERDUGA-TERDUGA


“Tiek, aku menang undian umrah itu. Sudah diumumkan pemenangnya.”

Saya tak akan melupakan percakapan sore itu. beberapa bulan sebelumnya, kawan saya ini mengirimkan kupon undian dari pembelian bedak yang berhadiah umrah.

Saya yang seumur-umur tidak pernah mengirimkan kupon undian apapun, rasanya tak percaya kalau promo semacam itu benar-benar ada pemenangnya.

“Ajari aku manasik umrah ya?” pintanya yang langsung saya iyakan.

Begitulah hidayah menyapa. Bisa datang dengan cara yang tak terduga. Sepulang dari umrah hadiah bedak itu, ia lalu mulai menutup aurat rapat. Setelah itu mendaftar haji dan beberapa kali berangkat umrah lagi.

Jalan hidayah memang berliku. Ada yang begitu “mudah” mendapatkannya, namun tak sedikit yang harus melewati perjuangan dramatis dulu.

Salah satunya adalah sahabat mulia Salman Al Farisi. Ia adalah anak orang terpandang dari tanah Parsi. Al Farisi menunjukkan ia orang Parsi.

Hasratnya menemukan agama yang benar membuatnya mengembara, meninggalkan keyakinan lama sebagai orang Majusi, sekaligus kampung halamannya di Isfahaan, yang sekarang masuk wilayah Iran.

Bertemu dengan beberapa orang pendeta, berganti-ganti beberapa agama, menjadi budak, sebelum akhirnya dimerdekakan dan menjadi salah satu sahabat yang istimewa.

Dari tanah Pesia ia mengembara sampai negeri Syam. Mengabdi pada seorang pendeta korup yang membuatnya muak.

Setelah si pendeta meninggal, ia tunjukkan pada penduduk Syam di mana pendeta itu menyimpan uang derma yang seharusnya dibagikan, namun ternyata dinikmati sediri sebanyak tujuh guci emas dan perak.

Dari Syam ia melanjutkan pengembaraan ke Musil, kota besar di barat laut Irak. Lalu ke Nasibin, sebuah kota di tengah perjalanan antara Musil dan Syam, lalu ke Amuriyah, kota yang merupakan wilayah Romawi.

Di Amuriyah ia bertemu pendeta yang memberinya petunjuk bahwa akan datang seorang Nabi dari tanah Arab dan akan hijrah ke wilayah antara dua tempat yang dipenuhi oleh batu-batu hitam (seolah telah terbakar api). Ada pohon-pohon kurma tersebar di tengah-tengah kedua tanah itu.

Nabi ini dapat dikenali dengan tanda-tanda tertentu. Ia akan menerima makanan yang diberikan sebagai hadiah, tetapi tidak akan makan dari sedekah. Stempel kenabian akan berada di antara pundaknya.

Tanpa berpikir panjang, Salman lalu pergi ke tempat yang dtunjuk yang kelak bernama Madinah. Ia menjadi budak seorang Yahudi Bani Quraidha.

Sampai akhirnya ia berhasil menemui Rasulullah SAW dan bersyahadat. Majikannya meminta tebusan 40 ukiyah emas dan menanam 300 pohon kurma, kalau mau merdeka.

Rasulullah SAW lalu meminta para sahabat membantu Salman dan dengan tangannya yang mulia ikut menanam sendiri bibit-bibit kurma itu.

Tak mudah menempuh jalan hijrah seperti yang dilalui Salman Al Farisi. Namun siapa yang mendapatkan petunjuk dari Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan oleh-Nya, tidak ada yang dapat menunjukinya.

Jum’at lalu saya mendapat kabar duka. Kawan saya yang menempuh jalan hijrah setelah menang undian umrah dari bedak itu dipanggil Allah. Di hari Jum’at, di bulan Ramadhan yang mulia. Semoga itu menjadi pertanda husnul khatimah, akhir yang bahagia.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama