BALADA MIE INSTAN HARGA NAIK TURUN DAN TETAP
Awalnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mewanti-wanti ancaman kenaikan harga mie instan hingga tiga lipat akibat efek domino perang Rusia-Ukraina yang memicu keterbatasan pasokan dan lonjakan harga gandum di dunia.
Pernyataan Mentan kemudian dibantah oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan yang menyebut sudah ada tren penurunan harga gandum sebagai bahan baku mie instan. [Republika, 12/8]
Perang Rusia-Ukraina yang belum berakhir disebut-sebut telah menghambat pengiriman ratusan juta ton gandum dari kedua negara yang merupakan penghasil gandum terbesar dunia.
Global Demand of Instant Noodles Top 15 itu menyuguhkan data dari 2017 hingga 2021. China/ Hong Kong adalah negara pengonsumsi mie instan terbesar di dunia dengan angka 43.990 juta porsi per tahun.
Sementara Indonesia berada di urutan kedua dengan angka 13.270 juta porsi per tahun. Tidak heran, karena hampir di setiap pengkolan jalan dengan mudah kita akan menemukan warmindo alias warung mie instan.
Urutan berikutnya ada Vietnam dengan 8.560 juta porsi per tahun. Lalu India 7.560 juta porsi per tahun dan Jepang 5.850 juta porsi per tahun.
Sekalipun banyak yang menduga peradaban Cina yang pertama kali menciptakan makanan yang sekarang dikenal sebagai mie, namun sejatinya peradaban Islam lah yang lebih awal berhasil mengolah gandum menjadi aneka jenis tepung. Termasuk tepung terigu sebagai bahan baku mie instan.
Seperti yang ditulis Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya "Islamic Technology: An Illustrated History", yang menyebutkan, pada abad 10 M di Baghdad terdapat 100 pasang batu giling untuk mengolah gandum. Penggilingan tepung itu digerakkan dengan teknologi kincir angin. Tak kurang 30 ribu ton tepung gandum yang dihasilkan dengan nilai 100 juta dirham.
Pada masa itu, peradaban Islam telah berhasil mengolah berbagai jenis tepung, seperti tepung putih, terigu, hingga semolina. Di saat yang sama, masyarakat Eropa Utara, bahkan para bangsawan dan orang-orang terkaya sekalipun, baru menyantap roti yang terbuat dari gandum hitam.
Setelah abad pertengahan berakhir, dan berjuta pengetahuan dibajak dari Andalusia, barulah Eropa mampu mengonsumsi tepung terigu.
Bagaimana dengan mie instan?
Seperti dilansir laman resmi World Instant Noodles Association, mie instan muncul pertama kali di Jepang pada tahun 1958. Lebih kurang 10 tahun setelah Jepang kalah di Perang Dunia II.
Adalah seorang pengusaha asal Taiwan bernama Momofuku Ando dengan nama asli Wu Pai Fu yang menciptakannya. Ia setiap hari selama satu tahun melakukan eksperimen di gudang kayu di kebun belakang rumahnya untuk menemukan cara membuat mie instan. Yakni dengan mendehidrasi mie yang telah dikukus dan dibumbui dalam minyak panas.
Seiring perkembangan teknologi pangan, pembuatan mie instan secara masif lalu menyebar ke seluruh dunia dan makin banyak ragamnya. Termasuk salah satu merk asal Indonesia yang varian mie gorengnya pernah dinobatkan sebagai mie instan terenak di dunia.
Jadi, bagaimana kalau harga mie instan naik tiga kali lipat? Ini moment yang tepat untuk mulai menggantinya dengan makanan sehat.
Jumuah mubarak everyone. Jangan lupa baca QS Kahfi ⚘.
Awalnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mewanti-wanti ancaman kenaikan harga mie instan hingga tiga lipat akibat efek domino perang Rusia-Ukraina yang memicu keterbatasan pasokan dan lonjakan harga gandum di dunia.
Pernyataan Mentan kemudian dibantah oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan yang menyebut sudah ada tren penurunan harga gandum sebagai bahan baku mie instan. [Republika, 12/8]
Perang Rusia-Ukraina yang belum berakhir disebut-sebut telah menghambat pengiriman ratusan juta ton gandum dari kedua negara yang merupakan penghasil gandum terbesar dunia.
Global Demand of Instant Noodles Top 15 itu menyuguhkan data dari 2017 hingga 2021. China/ Hong Kong adalah negara pengonsumsi mie instan terbesar di dunia dengan angka 43.990 juta porsi per tahun.
Sementara Indonesia berada di urutan kedua dengan angka 13.270 juta porsi per tahun. Tidak heran, karena hampir di setiap pengkolan jalan dengan mudah kita akan menemukan warmindo alias warung mie instan.
Urutan berikutnya ada Vietnam dengan 8.560 juta porsi per tahun. Lalu India 7.560 juta porsi per tahun dan Jepang 5.850 juta porsi per tahun.
Sekalipun banyak yang menduga peradaban Cina yang pertama kali menciptakan makanan yang sekarang dikenal sebagai mie, namun sejatinya peradaban Islam lah yang lebih awal berhasil mengolah gandum menjadi aneka jenis tepung. Termasuk tepung terigu sebagai bahan baku mie instan.
Seperti yang ditulis Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya "Islamic Technology: An Illustrated History", yang menyebutkan, pada abad 10 M di Baghdad terdapat 100 pasang batu giling untuk mengolah gandum. Penggilingan tepung itu digerakkan dengan teknologi kincir angin. Tak kurang 30 ribu ton tepung gandum yang dihasilkan dengan nilai 100 juta dirham.
Pada masa itu, peradaban Islam telah berhasil mengolah berbagai jenis tepung, seperti tepung putih, terigu, hingga semolina. Di saat yang sama, masyarakat Eropa Utara, bahkan para bangsawan dan orang-orang terkaya sekalipun, baru menyantap roti yang terbuat dari gandum hitam.
Setelah abad pertengahan berakhir, dan berjuta pengetahuan dibajak dari Andalusia, barulah Eropa mampu mengonsumsi tepung terigu.
Bagaimana dengan mie instan?
Seperti dilansir laman resmi World Instant Noodles Association, mie instan muncul pertama kali di Jepang pada tahun 1958. Lebih kurang 10 tahun setelah Jepang kalah di Perang Dunia II.
Adalah seorang pengusaha asal Taiwan bernama Momofuku Ando dengan nama asli Wu Pai Fu yang menciptakannya.
Seiring perkembangan teknologi pangan, pembuatan mie instan secara masif lalu menyebar ke seluruh dunia dan makin banyak ragamnya. Termasuk salah satu merk asal Indonesia yang varian mie gorengnya pernah dinobatkan sebagai mie instan terenak di dunia.
Jadi, bagaimana kalau harga mie instan naik tiga kali lipat? Ini moment yang tepat untuk mulai menggantinya dengan makanan sehat.
Jumuah mubarak everyone. Jangan lupa baca QS Kahfi ⚘.