BALADA ALIBI TERSERET KASUS FERDY SAMBO
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo bersama enam jenderal lainnya memberikan keterangan pers terkait penetapan tersangka baru dalam kasus tewasnya Brigadir J di Mabes Polri, (9/8).
"Timsus telah memutuskan saudara FS sebagai tersangka," ujar Kapolri. [Times, 10/8]
Bak drama Korea, kasus ini akhirnya memunculkan plot twist yang sebenarnya sudah tertebak sejak awal. Di sosial media ramai komentar tentang “kehebatan” netizen dalam mengawal kasus ini.
Alibi awal adanya tembak menembak akhirnya terpatahkan. Sejak mula netizen tak percaya, karena skenarionya terlalu “kasar” dan mudah ditebak.
Menyembunyikan kejahatan dan mengambinghitamkan orang lain bukan hal baru. Salah satu yang masyhur hingga diabadikan dalam Alqur’an adalah kisah Bani Israil.
Syahdan ada seorang laki-laki kaya raya yang tidak punya anak. Satu-satunya ahli waris adalah anak saudaranya. Barangkali tidak sabar menunggu untuk mendapatkan warisan, maka sang kemenakan membunuh pamannya.
Ia lalu meletakkan jenazah pamannya di depan rumah seorang dari Bani Israil. Esoknya, sebagian masyarakat menuduh yang punya rumahlah sebagai pembunuhnya. Sementara yang lain banyak yang tak percaya.
Terjadilah perdebatan hebat, siapa sebenarnya sang pembunuh? Mereka lalu mengusulkan untuk menanyakan masalah tersebut pada Nabi Musa.
“Wahai Musa, engkau Nabi Allah, maka tanyakanlah kepada Allah siapa yang membunuh lelaki itu”.
Lalu Nabi Musa berdoa pada Allah yang diabadikan dalam QS Al Baqarah: 67
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya,“Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka berkata, “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.”
Bukannya segera mencari sapi betina yang sebenarnya mudah saja, Bani Israil malah terus bertanya dan mempersulit diri sendiri, seperti apa spesifikasi sapi betina yang dikehendaki? Hingga akhirnya harus susah payah menemukan dan membelinya dengan harga yang sangat mahal.
Setelah sapi itu didapat, Allah perintahkan untuk menyembelih dan ekornya dipukulkan ke tubuh korban.
Atas izin Allah, mayat itu hidup kembali dan mengatakan bahwa pembuhnya adalah anak saudaranya sendiri, lalu meninggal lagi. Seperti yang tercantum dalam QS Al-Baqarah:73.
Mempertanyakan sesuatu yang belum jelas boleh-boleh saja. Namun mempertanyakan sesuatu yang telah nyata, seperti pertanyaan Bani Israil tentang sapi betina itu hanya akan mempersulit diri sendiri.
Peristiwa itu sudah sedemikian gamblangnya, masih perlukah pertanyaan lainnya?.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo bersama enam jenderal lainnya memberikan keterangan pers terkait penetapan tersangka baru dalam kasus tewasnya Brigadir J di Mabes Polri, (9/8).
"Timsus telah memutuskan saudara FS sebagai tersangka," ujar Kapolri. [Times, 10/8]
Bak drama Korea, kasus ini akhirnya memunculkan plot twist yang sebenarnya sudah tertebak sejak awal. Di sosial media ramai komentar tentang “kehebatan” netizen dalam mengawal kasus ini.
Alibi awal adanya tembak menembak akhirnya terpatahkan. Sejak mula netizen tak percaya, karena skenarionya terlalu “kasar” dan mudah ditebak.
Menyembunyikan kejahatan dan mengambinghitam
Syahdan ada seorang laki-laki kaya raya yang tidak punya anak. Satu-satunya ahli waris adalah anak saudaranya. Barangkali tidak sabar menunggu untuk mendapatkan warisan, maka sang kemenakan membunuh pamannya.
Ia lalu meletakkan jenazah pamannya di depan rumah seorang dari Bani Israil. Esoknya, sebagian masyarakat menuduh yang punya rumahlah sebagai pembunuhnya. Sementara yang lain banyak yang tak percaya.
Terjadilah perdebatan hebat, siapa sebenarnya sang pembunuh? Mereka lalu mengusulkan untuk menanyakan masalah tersebut pada Nabi Musa.
“Wahai Musa, engkau Nabi Allah, maka tanyakanlah kepada Allah siapa yang membunuh lelaki itu”.
Lalu Nabi Musa berdoa pada Allah yang diabadikan dalam QS Al Baqarah: 67
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya,“Sesung
Bukannya segera mencari sapi betina yang sebenarnya mudah saja, Bani Israil malah terus bertanya dan mempersulit diri sendiri, seperti apa spesifikasi sapi betina yang dikehendaki? Hingga akhirnya harus susah payah menemukan dan membelinya dengan harga yang sangat mahal.
Setelah sapi itu didapat, Allah perintahkan untuk menyembelih dan ekornya dipukulkan ke tubuh korban.
Atas izin Allah, mayat itu hidup kembali dan mengatakan bahwa pembuhnya adalah anak saudaranya sendiri, lalu meninggal lagi. Seperti yang tercantum dalam QS Al-Baqarah:73.
Mempertanyakan sesuatu yang belum jelas boleh-boleh saja. Namun mempertanyakan sesuatu yang telah nyata, seperti pertanyaan Bani Israil tentang sapi betina itu hanya akan mempersulit diri sendiri.
Peristiwa itu sudah sedemikian gamblangnya, masih perlukah pertanyaan lainnya?.