SUKU BANJAR YANG MEMPESONA (KALIMANTAN SELATAN)
Suku Banjar/Urang Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur.
Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatra Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.
Menurut Hikayat Banjar, dahulu kala penduduk pribumi Kalimantan Selatan belum terikat dengan satu kekuatan politik dan masing-masing puak masih menyebut dirinya berda-sarkan asal Daerah Aliran Sungai misalnya orang batang Alai, orang batang Amandit, orang batang Tabalong, orang batang Balangan, orang batang Labuan Amas, dan sebagainya.
Sekitar abad ke-13 sebuah entitas politik yang bernama Negara Dipa terbentuk yang mempersatukan puak-puak yang mendiami semua daerah aliran sungai tersebut. Negara Dipa kemudian digantikan oleh Negara Daha.
Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar Sultan Suriansyah menerima dan memeluk Islam yang diikuti seluruh kalangan penduduk Kerajaan Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam, sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamais untuk lepas dan bahkan mengalahkan Kerajaan Daha yang ada di Hulu.
Mengikut Alfani Daud (1997; 2004: 85) suku bangsa Banjar ialah penduduk asli sebahagian wilayah provinsi Kalimantan Selatan, yatu selain kabupaten Kota Baru. Mereka itu diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali, dan setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasanya dinamakan secara umum sebagai suku Dayak, dan dengan imigran yang datang kemudian, akhirnya terbentuklah suku Banjar.
Sehingga Suku Banjar terbagi menjadi tiga kelompok menurut lokasi permukimannya, yaitu kelompok orang Banjar Masih yang kini lebih dikenal sebagai orang Banjar Kuala karena secara geografis mendiami bagian kuala/hilir.
Kelompok kedua yaitu bekas penduduk kerajaan Hindu Negara Daha (Banjar klasik) dikenal sebagai Banjar Batang Banyu.
Sedangkan kelompok ketiga adalah Banjar Pahuluan yang hidup secara harmonis dan tinggal yang bersisian langsung dengan beberapa sub suku Dayak yang masih menganut agama Kaharingan.
Pada zaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa kemaritiman, dan menggunakan Bahasa Banjar sebagai identitas.