MALAM MAULID LEBIH UTAMA DARI MALAM LAILATUL QODAR

MALAM MAULID LEBIH UTAMA DARI MALAM LAILATUL QODAR



Menurut Syaikh ‘Abdullah bin Hijaz bin Ibrahim Asy-Syafi'i atau Imam Asy-Syarqawi rahimahullah (wafat Kamis 2 Syawwal 1227 H / 8 Oktober 1812 M di Mesir), mengenai urutan malam² paling utama bagi kita umat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :


1. Malam Maulid Asy Syarîf
2. Lailatul Qadr
3. Malam Isro' Mi'roj
4. Malam 'Arafah
5. Malam Jum'ah
6. Malam Nishfu Sya'ban

Setelah itu, malam² selain yg disebut di atas sama (dalam tingkat keutamaannya).


(قَوْلُهُ فَهِيَ أَفْضَلُ لَيَالِي السَّنَةِ) أَيْ: فِي حَقِّنَا لَكِنْ بَعْدَ لَيْلَةِ الْمَوْلِدِ الشَّرِيفِ وَيَلِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْإِسْرَاءِ ثُمَّ لَيْلَةُ عَرَفَةَ ثُمَّ لَيْلَةُالْجُمُعَةِ ثُمَّ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَبْعَانَ وَأَمَّا بَقِيَّةُ اللَّيَالِي فَهِيَ مُسْتَوِيَةٌ . (حاشية الشروانى)

------
وما أرسلناك إلّا رحمة للعالمين

12 Rabiul Awwal sangat utama, karena merupakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, yg mana setiap tahunnya selalu diperingati oleh mayoritas umat Islam di seluruh penjuru dunia, sehingga berbagai negara Islam, menetapkan hari libur nasional untuk memperingatinya.

Syaikh Ibnul Hajj rahimahullah, dalam kitab Al-Madkhal, menuturkan : “Adalah wajib hu­kumnya pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal, untuk menambahkan dari berba­gai ibadah dan kebaikan sbg bentuk syukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas anugerah agung ini (Maulid Nabi shallallahu alaihi wasallam) yg telah dilimpah­kan kepada kita. Dan bila Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menambahkan sesuatu pada hari ini dari bentuk² ibadah di atas hari² lainnya, hal itu tidak lain adalah karena rahmat beliau, terhadap umat­nya dan kasih sayang terhadap me­reka. Karena sesungguhnya, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam meninggalkan dari melakukan suatu amal karena dikha­watirkan akan diwajib­kan terhadap umat­nya, sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman mensifati Nabi SAW, "... Pemaaf dan penya­yang kepada orang-orang muk­min." (QS At-Tawbah (9) :128).


Keutamaan ini juga termaktub dalam Kitab Al-Anwar Al-Muhammadiyyah Min Al-mawahib Al-lauduniyyah, halaman 32, karya Syaikh Nashiruddin Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Muhammad An-Nabhani, rahimahullah (wafat 1350 H / 1932 M di Pemakaman Basyura, dekat distrik Bastha di Beirut, Libanon).


Tiga Alasan

Karena saking banyak keistimewaannya, kemudian ada yg bertanya kepada seorang ulama yg sangat terkenal di Mekkah, yg keilmuannya sangat luas yaitu Sayyid Muhammad bin 'Alawy Al-Maliky Al-Hasani rahimahullah (wafat 29 Oktober 2004 M di Jannatul Ma'la Mekkah), mengenai pertanyaan, mana yg lebih utama di antara Lailatul Qadar dan Maulid Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.


Dengan tegas Beliau menjawab bahwa di antara kedua hal tsb, yaitu malam Maulid Nabi muhammad shalallahu alaihi wasallam, yg lebih utama, dgn memberikan 3 alasan sbg berikut :


1. Malam maulid adalah malam dilahirkannya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ke muka bumi. Karena Rasulullah lah malam Lailatul Qadr turun.
"لولا الحبيب ما كانت ليلة القدر"


2. Lailatul Qadr menjadi sangat mulia lantaran sebab turunnya malaikat, sedangkan maulid Nabi lebih mulia dan utama disebabkan lahirnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

وهو رسول الله صلّى الله عليه وسلّم أفضل من الملائكة، فلذالك من شرفت به ليلة المولد أفضل ممن شرفت بهم ليلة القدر على الأصحّ المرتضى.


3. Malam lailatul qadr merupakan ni’mat yg diberikan untuk umat Rasulullah sedangkan malam maulid merupakan ni’mat yg diberikan untuk seluruh makhluk, Seluruh alam semesta.


Tiga jawaban diatas, hampir sama dgn penjelasan Al-Imam Al-Hafidh Al-Qasthalani rahimahullah dalam kitabnya Al-Mawahib , yg dinukil oleh Syaikh Yusuf As-Sayyid Hasyim Ar-Rifa‘i rahimahullah, dalam kitabnya Ar-Radd Al-Muhkam Al-Mani‘ ‘Ala Munkarat Wa Syubahat Ibn Mani‘ Fi Tuhmatih ‘Ala As-Sayyid Muhammad ‘Alwi Al-Maliki Al-Makki.


Dua Puluh Alasan

Dalam Kiitab At-Tahdzir Min Al-Ightirar Ma Ja’a Fi Kitab Al-Hiwar, karya Syaikh Abdul Hayyi Al-‘Umrawi rahimahullah dan Syaikh Abdul Karim Murad rahimahullah, yg menukil ungkap­an Syaikh Al-Khathib Al-Haj Ar-Rihal Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Marzuq rahimahullah dalam kitabnya Jana Al-Jannatain Fi Tafdhil Al-Lailatain, yg terhimpun dalam kitab Al-Mi‘yar Al-Mu‘arrab Wa Al-Jami‘ ‘An Fatawi Ahl Afriqiyyah Wa Al-Andalus Wa Al-Maghrib, juz 11, halaman 280, 1401 H / 1984 M, tentang keutamaan malam Maulid Nabi shallallahu alaihi wa di atas keuta­maan malam Lailatul Qadar. Syaikh Al-Khathib Muhammad Marzuq rahimahullah menjelas­kan, keutamaan malam Maulid Nabi shallallahu alaihi wa melebihi keutamaan malam Laila­tul Qadar dipandang dari dua puluh aspek, yakni :


Pertama, kemuliaan itu adalah ke­ting­gian dan keagungan, dan keduanya itu adalah nisbah yg disandangkan. Dan kemuliaan tiap² malam adalah berdasarkan pada sesuatu yg men­jadikannya mulia. Malam Maulid Nabi SAW mulia dengan kelahiran sebaik² makhluk Allah subhanahu wa ta'ala. Maka tetaplah bahwa kemulian malam Maulid Nabi berdasarkan i‘tibar ini.


lah malam kemunculan Nabi shallallahu alaihi wassalam, se­dangkan malam Lailatul Qadar adalah anugerah yg diberikan Allah subhanahu wa ta'ala kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Maka, sudah pasti sesuatu yg dimuliakan dgn sebab munculnya dzat mulia (Nabi shallallahu alaihi wa) lebih utama daripada malam yg dimuliakan dgn sebab anugerah yg diberikan kepada dzat mulia itu. Dan tidak ada ban­tahan terhadap hal itu. Sehingga, dgn i’tibar ini malam Maulid Nabi, lebih mulia daripada malam Lailatul Qadar.


Ketiga, malam Lailatul Qadar me­rupa­kan salah satu anugerah sese­orang, yg menjadikan malam Maulid dimuliakan karena kelahirannya, dari berbagai anugerah dan keistimewaan² yg diberikan kepada beliau yg tiada terhitung jumlahnya. Maka, tentulah sesuatu yg dimuliakan dgn salah satu kekhususan² dari seseorang yg telah dianu­gerahi kemuliaan mutlak tidak akan me­nempati kedudukan sesuatu yg dimu­liakan dgn wujud pemilik anugeran ke­muliaan mutlak tsb. Sehingga, nyatalah bahwa malam Maulid Nabi, lebih mulia berdasarkan i’tibar ini, dan inilah yg dituntut.


Keempat, malam Lailatul Qadar di­muliakan berdasarkan apa² yg dikhususkan padanya dan akan berakhir dgn berakhirnya malam itu hingga akan terulang lagi pada tahun berikut­nya, menurut pendapat yg paling kuat dari dua pendapat. Sedangkan malam Maulid Nabi dimuliakan dgn seseorang yg senantiasa nyata jejak²nya dan terang benderang cahaya­nya untuk selama²nya pada setiap bagian zaman hingga berakhirnya usia dunia.


Kelima, malam Lailatul Qadar dimu­lia­kan dengan turunnya para malaikat pada malam itu, sedangkan malam Maulid Nabi dimuliakan dgn munculnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dan seseorang yg dimuliakan dengannya malam Mau­lid adalah paling muliannya makh­luk, di antara para malaikat, yg dimu­liakan dgn mereka malam Lailatul Qa­dar. Karenanya malam Maulid Nabi, lebih utama dari segi ini.


Keenam, pengutamaan (al-afdhali­yah) merupakan ungkapan yg menun­jukkan kelebihan keutamaan pada se­suatu yg diutamakan. Dan dua malam tsb, keduanya, memiliki kesamaan da­lam keutamaan dengan turunnya para malaikat pada keduanya sebagaimana diketahui. Hanya saja malam Maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam disertai dgn munculnya makhluk paling mulia, maka malam Maulid Nabi, lebih diutamakan dari sudut pandang ini.


Ketujuh, malam Lailatul Qadar dimu­liakan dgn turunnya para malaikat dan berpindahnya mereka dari tempat ketinggian mereka menuju bumi, se­dangkan malam Maulid Nabi, di­muliakan dgn wujud dan munculnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam yg sesungguhnya. Dan se­suatu yg dimuliakan dgn wujud dan kemunculan lebih utama dari se­suatu yg dimuliakan dgn sebab perpindahan.


Kedelapan, malam Lailatul Qadar di­utamakan dengan berdasarkan amal yg dilakukan oleh orang² yg berbuat amal perbuatan padanya, yg, jika diandaikan seluruh penduduk bumi berbuat amal kebajikan pada malam itu, niscaya tidak akan pernah menyamai kedudukan wujud yg dengannya di­muliakan malam Maulid dan tidak pula me­nyamai amal beliau meski hanya dalam sesaat sekalipun amal itu beliau lakukan pada selain malam Lailatul Qa­dar. Maka tetaplah keutamaan malam Maulid dibanding malam Lailatul Qadar dari i’tibar ini.


Kesembilan, malam Lailatul Qadar dimuliakan karena dijadikan sebagai anu­gerah bagi umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sbg perhatian Allah bagi beliau shalallahu alaihi wasallam, sedangkan malam Maulid Nabi, dimuliakan dgn wujud sese­orang yg mana malam Lailatul Qadar dianugerahkan kepada umatnya. Maka malam Maulid lebih utama.


Kesepuluh, pada malam Lailatul Qa­dar keutamaanya teruntukkan bagi umat Nabi shallallahu alaihi wasallam, sedangkan pada malam Maulid Nabi, keutamaannya terun­tukkan bagi seluruh makhluk, dan dialah yg diutus sbg rahmat bagi alam semesta. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman : “Dan tia­dalah kami mengutus engkau (Muham­mad) melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta.” (QS. Al-Anbiya : 107). Nikmat Allah subhanahu wa ta'ala meliputi semua makhluk dgn wujud beliau. Manfaat Maulid Nabi, lebih umum dan lebih luas diban­dingkan dgn manfaat malam Lailatul Qadar dari sisi ini, karenanya malam Maulid Nabi lebih utama.


Kesebelas, malam Maulid Nabi diutamakan atas malam² lainnya dari seluruh malam sepanjang tahun degn kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Kita katakan tentangnya “Malam Maulid Nabi Muham­mad SAW”, yg penyandarannya pada Nabi (kemuliaan khusus); sedangkan pada malam Lailatul Qadar, kita katakan “lailatul qadar”, dan “al-qadar” sendiri mak­nanya kemuliaan (kemuliaan umum). Penyandaran terhadap malam Maulid Nabi merupakan penyandaran peng­khususan dan penyandaran ini le­bih utama dan lebih mendalam makna­nya dibandingkan dgn penyandaran terhadap kemuliaan secara umum, yakni lailatut taqdir (malam kemuliaan). Pe­nyandaran kata lailatun (malam) kepada al-qadr (kemuliaan), meskipun hal itu ter­masuk kemestian dari malam itu sendiri, penggunaan ungkapan ini pada malam Maulid sbg malam kemuliaan dalam pengertian secara umum tidaklah dapat disanggah. Karenanya tetaplah keuta­ma­an malam Maulid Nabi atas malam Lailatul Qadar.


Kedua belas, pada malam Lailatul Qadar keutamaan bagi orang yg ber­buat amal padanya terhitung hanya pada malam itu, karenanya manfaat dan ke­baikannya terbatas. Sedangkan malam Maulid Nabi, manfaat dan kebaik­annya terus-menerus tiada batasannya. Dan sesuatu yg manfaat dan kebaik­annya tiada batasannya lebih utama dari selainnya.


Ketiga belas, malam Lailatul Qadar tetap keutamaannya dengan apa yg telah disebutkan sebelumnya, hanya saja datang padanya sesuatu dari ke­balikannya berdasarkan saat datang dan perginya malam itu sekalipun dilipat­gan­dakan nilai pahalanya. Adapun malam Maulid Nabi, kemuliannya tiada berakhir. Karenanya malam Maulid Nabi lebih utama dari i’tibar ini.


Keempat belas, yg dituntut adalah bahwa malam Maulid lebih utama. Dasar yg menunjukkan hal itu, kita katakan bahwa masa yg dimuliakan dgn lahirnya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan penyandarannya kepada Nabi, serta diistimewakan­nya dgn hal itu, ia menjadi masa yg paling utama. Hal tsb dikias­kan dgn diutamakannya tempat yg diistimewakan dgn Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan dgn disemayamkannya beliau pada­nya atas sekalian tempat seluruhnya, se­cara ijma’. Dengan dasar ini, masa yang diistimewakan dengan kelahiran beliau shalallahu alaihi wasallam adalah masa yg paling utama dari selainnya.


Kelima belas, malam Lailatul Qadar me­rupakan cabang dari tampaknya wu­jud Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, dan cabang tidak akan me­nyamai kekuatan dasarnya. Maka malam Maulid lebih utama atas Lailatul Qadar dengan i’tibar ini.


Keenam belas, pada malam Maulid Nabi, terdapat limpahan nur Ilahiah yg meliputi semua wujud, yg wujud limpahan nur Ilahiah itu mengiringi wujud Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Dan itu tidak pernah terjadi se­lain terhadap hakikat yg keutama­annya menyebabkan keutamaan bagi selainnya.

Ketujuh belas, malam Maulid Nabi merupakan malam ketika Allah subhanahu wa ta'ala menampakkan berbagai asrar wu­jud Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, yg mana kebahagian ukhrawi tergantung padanya secara mutlak. Dengan asrar itu menjadi nyata dan jelas semua hakikat. Dengannya terbedakan antara yg hak dan yg bathil, menjadi jelas segala apa yg Allah nyatakan dalam wujud dari cahaya² kebahagiaan dan jalan kebenar­an, menjadi nyata perbedaan antara golongan ahli surga dari golongan ahli ne­raka, menjadi nyata dan menjulang tinggi kebenaran agama dan menjadi ge­lap gulita kekufuran dan hina dina, serta lain dari semua itu dari wujud asrar² Ilahiah yg terdapat pada semua makh­luk-Nya dan yang terdapat pada ayat²-Nya. Dan semua itu tidaklah pernah ada pada malam selainnya dari malam² sepanjang masa. Maka, jelaslah paling utamaannya malam Maulid dgn i’tibar ini.


Kedelapan belas, adalah dalil ca­bang yg menjadi dasar dalam masa­lah ini meskipun maknanya sama degn sebelumnya. Yakni kita katakan, “Bila saja malam Maulid Nabi ti­daklah lebih mulia dan lebih utama dari­pada malam Lailatul Qadar, hal itu akan melahirkan salah satu kemestian dari ber­bagai kemestian, yaitu : adakalanya kemestian melebihkan keutamaan para malaikat di atas Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, atau mele­bihkan keutamaan amal yg dilipat­gan­dakan pahalanya di atas beliau, atau menyamakannya. Dan ketiga hal itu dilarang. Adapun yg pertama ada­lah berdasarkan nash shahih, sedang­kan yg kedua dan ketiga berdasarkan kesepakatan para ulama.”


Kesembilan belas, masa yg paling uta­ma adalah masa kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, dan tidak ada sesuatu pun dari masa Maulid Nabi terdapat pada malam Lailatul Qadar, maka tidak ada sesuatu pun dari paling utamanya masa pada malam Lailatul Qadar. Dan ini kebalikan dari ucapan kita, “Tidak ada sesuatu pun dari malam Lailatul Qadar pada malam yg paling utama.” Dan argumen ini membatalkan dakwaan orang² yg menentang dalam masalah ini.


Mengingat begitu agungnya keuta­maan² yg ada pada hari Maulid Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan bulan Rabi’ul Awwal, bulan kelahiran beliau, para ula­ma muhaqqiqin menganjurkan kepada umat Islam untuk memperbanyak mela­ku­kan berbagai amal kebajikan pada­nya.


Rahmat bagi semesta alam, adalah bukti kongkrit bahwa kemuliaaan Rasulullah lebih menyeluruh daripada Lailaitul qadar.

Wallahu A'lam bish Showab.. Semoga bermanfaat !. 

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama