Tiga Perkara Yang Amalannya Tidak Diterima


Tiga Perkara Yang Amalannya Tidak Diterima


Ilmu logika(falsafah
) digagaskan oleh aristoteles dari yunani pada sekitar 800 ratus sebelum kedatangan islam, aristoteles lahir pada 384 masihi

Akibatnya dunia Islam kini dibanjiri dengan kitab-kitab kalam atau kalam yang merujuk kepada cara memahami orang kafir sebelum Islam dan langsung tidak selari dengan cara memahami Islam. Kerana ilmu kalam sangat dipengaruhi oleh ilmu mantik dan falsafah klasik yang wujud sebelum Islam

Asy-Syuhrastani mengatakan, "Sesudah mereka, Aristoteles menemukan ilmu logika dan menamainya sebagai Taklimat." Abdurrahman Badawi mengatakan, "Dialah penemu hampir seluruh ilmu logika. "

Ilmu logika adalah kaidah-kaidah dan kriteria untuk memahami. Jadi, ia adalah sarana untuk memersepsi berbagai persoalan. Aristoteles mengatakan, "Obyek ilmu logika adalah makna-makna yang ada dalam fkiran manusia dalam kapasitasnya sebagai jambatan untuk mencapai ilmu-ilmu yang lain."

Adapun filsafat adalah ilmu yang mempelajari alam semesta ini dan wujudnya; apakah ia lama atau baru, serta persoalan persoalan lainnya.
Prof. Muhammad Jawwad Mughniyah mengatakan, "Seorang filosof mengkaji pokok alam semesta; apakah ia ada dari sesuatu atau nihil, apakah ia baru atau lama, dan seterusnya."

Masa kemunculan filsafat ini adalah beberapa abad sebelum kelahiran Isa 'alaihis salam.
DR. Muhammad Al Bahi mengatakan, "Masa Helenistik
atau Greek yang dimaksud adalah munculnya gerakan filsafat barat sesuai dengan logika Yunani, dan itu dimulai sejak abad ke-6 atau ke-5 hingga akhir abad ke-5 SM. "6

Dengan demikian, nampak jelas bahwa ilmu logika dan ilmu filsafat itu berabad-abad sebelum Islam.
Ketika Islam datang, Allah telah mencukupi manusia dengan Islam itu sendiri sehingga tidak memerlukan ilmu-ilmu sebelumnya yang berbicara tentang akidah atau syariat. Bahkan kendati bersumber dari agama-agama samawi yang diwahyukan. Lalu, bagaimana juga jika ilmu-ilmu tersebut merupakan hasil olah nalar manusia?

Akan tetapi, sangat disayangkan kita mendapati para ahli Kalam meninggalkan wahyu yang diturunkan dari sisi Allah dan mengarahkan perhatian mereka kepada ilmu-ilmu manusia jahiliyah yang ada sebelum Islam, baik dalam anggapan mereka untuk membela Islam dengan ilmu-ilmu tersebut, atau untuk memahami Islam dengan pendekatan tersebut.

Di sini kami mengajukan pertanyaan kepada mereka yang terkesan itu:

Apakah Islam memerlukan ilmu-ilmu lain untuk menbelanya? Apakah Islam memerlukan ilmu-ilmu memahaminya?

Jika Islam tidak mengandungi cara untuk memenangkan dirinya, berarti Islam bukan datang dari sisi Allah.
Jika Islam tidak boleh dipahami kecuali dengan ilmu-ilmu lain, berarti Islam bukan datang dari sisi Allah.
Lalu, menurut Anda dengan faktor apa Islam memperoleh kemenangan pada waktu kedatangannya? Bagaimana Islam dipahami pada waktu ia turun?

Bukankah Rasulullah memahami agama Allah & tanpa ilmu-ilmu ini?

Bukankah para sahabat memahami agama Allah tanpa ilmu-ilmu ini?

Bukankah para tabi'in dan para Imam serta orang-orang
awam memahami agama Allah tanpa ilmu-ilmu ini?

Betapa orang-orang yang terpengaruh dengan ilmu-ilmu ini perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada diri sendiri agar mereka menemukan jawaban yang boleh mengembalikan mereka kepada wahyu Allah sebelum mereka bertemu dengan Allah sehingga mereka menyesal, sedangkan penyesalan saat itu tidaklah berguna.

Umat Islam dalam menghadapi ilmu-ilmu ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

Pertama, satu kelompok menolak ilmu-ilmu ini dan berpegang pada Kitab dan Sunnah, sehingga dengan itu Allah memberinya kecukupan tanpa memerlukan metodologi jahiliyah

pertama Mereka ini adalah generasi salaf Ahlussunnah Wal Jama'ah

Kedua, kelompok yang terpengaruh dengan ilmu-ilmu ini dan berusaha untuk mencampurnya dengan ilmu-ilmu syariat yang memiliki pengaruh sangat buruk terhadap umat.

Sementara mereka ini terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

Pertama, para filosof Islam.

Kedua, aliran Mu'tazilah.

Ketiga, para ahli Kalam dari kelompok Al Asy'ari dan Al

Maturidi

Mereka ini terbagi menjadi banyak tingkatan dalam hal
terpengaruh oleh ilmu-ilmu tersebut.

Yang paling kuat terpengaruh di antara mereka adalah tingkatan pertama karena mereka nyaris menjadi figur yang sempurna dari filosof klasik. Penyimpangan mereka sangat jelas, dan hanya sedikit orang yang terpengaruh oleh mereka.

Tingkatan berikutnya adalah kelompok Mu'tazilah. Meskipun tingkatan mereka berada di bawah kelompok pertama, namun mereka banyak mempengaruhi dengan ilmu-ilmu tersebut. Orang yang terpengaruh dengan kelompok ini lebih banyak daripada yang terpengaruh oleh kelompok pertama, namun mereka juga masih disebut sebagai minoriti, Sedangkan kelompok ketiga, yaitu kelompok Al Asy'ari dan Al Maturidi, sesungguhnya pengaruh mereka menjangkau wilayah yang luas dari dunia Islam, dan pengaruh mereka masih terasa hingga hari ini. Karya-karya mereka di bidang akidah dengan mengikuti metode Kalam dipelajari di sebagian besar negara Islam. Hal ini memerlukan usaha yang besar dari para ulama dan da'i umat ini untuk menyebarkan kitab-kitab yang bersih, meluruskan penyimpangan, dan mengembalikan umat kepada Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya, serta membendung

metode metode pemahaman tersebut yang tidak sejalan dengan jalan kenabian, la mengandung kerosakan-kerosakan besar yang dapat melemahkan agama dan menghilangkan kepercayaan terhadapnya.

Seandainya kita melakukan perbandingan di antara keunggulan keunggulan manhaj atau metode pemahaman salaf dan keburukan-keburukan metode para ahli Kalam dalam memahami agama, niscaya akan tampak jelas pengaruh masing masing metode tersebut.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama