PERHATIAN SALING MENCINTAI YANG DINANTIKAN

PERHATIAN SALING MENCINTAI YANG DINANTIKAN


Secara psikologi, perempuan menginginkan perhatian lebih banyak, ingin dimengerti dan dihormati. Sementara pria meskipun memiliki kebutuhan yang sama, namun mereka jauh lebih membutuhkan penghargaan dalam hidupnya.

Mengapa demikian, karena perempuan lebih dominan perasaannya. Perhatian akan membuat perasaanya nyaman serta merasa dicintai.

Secara medis, di saat mendapat perhatian, dopamine atau hormon kebahagiaan di dalam tubuh akan terstimulasi maksimal.

Begitupun dengan hormon oksitosin yang akan meningkat seiring dengan adanya sentuhan fisik sebagai wujud dari perhatian, seperti pelukan dan ciuman.

Perhatian tidak harus berupa hadiah barang, namun hal-hal kecil seperti membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah atau ungkapan sayang, itu akan membuat perempuan bahagia.

Sebaliknya, perempuan akan merasa sedih dan sensitif kalau diabaikan. Hal-hal sederhana seperti pesan WA yang tak segera dijawab, menghabiskan setiap akhir pekan bersama teman-teman sehobi atau bahkan sekadar masakan yang tidak dimakan, itu cukup membuat uring-uringan.

Ada kisah menarik yang terjadi pada istri ulama, bagaimana mereka “protes” karena merasa terabaikan. Bukan oleh siapa-siapa, melainkan oleh kitab-kitab yang dimiliki suaminya.

Tersebutlah kisah istri Imam Al-Laits bin Al-Mudhaffar al-Kanani. Suatu hari Sang Imam mendapat hadiah kitab berjudul al-‘Ain yang merupakan kamus bahasa Arab pertama di dunia.

Saat itu, kitab itu belum ada naskah salinannya, sehingga harganya sangat mahal sekitar 100 ribu dirham.

Begitu sibuknya dengan kitab barunya itu sehingga Sang Istri merasa terabaikan. Saat Sang Imam keluar rumah, bersamaan dengan kejengkelannya yang memuncak, maka dibakarnya kitab tersebut.

Imam Al Laits tentu marah. Namun dengan kecerdasannya, ia berupaya menuliskan kembali isi kitab tersebut. Setengah berhasil ia tulis kembali, setengahnya disempurnakan oleh ulama lainnya.

Kisah serupa juga dialami Imam Sibawaih, seorang pakar gramatika bahasa Arab. Sepanjang hidupnya ia adalah penulis yang sangat produktif. Namun di akhir hayatnya, hanya satu kitab karyanya yang tersisa.

Apa pasal? Karena merasa perhatian suaminya hanya tercurah pada kitab-kitabnya, maka suatu hari sang istri membakar kitab-kitab itu hingga tak ada yang tersisa.

Imam Sibawaih sampai pingsan mengetahui kitab-kitabnya telah musnah, hingga akhirnya diceraikanlah istrinya.

Ia lalu berusaha menuliskan kembali kitab-kitabnya, namun hanya satu yang selesai dan diberi judul al-Kitab li Sibawaih.

Tentu tak perlu seektrem itu ya ðŸ˜Š. Kisah itu hanya sebagai pengingat, kalau perempuan butuh diperhatikan.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama