History Tiga Periode Internet


History Tiga Periode Internet


Kalau kita buka literatur, internet sebenarnya sudah ditemukan sejak lama, yaitu sejak tahun 1969. Hingga kini tahun 2022 saya suka iseng membaginya menjadi tiga perideo.

Periode pertama saya sebut periode status sosial. Periode kedua saya sebut periode media sosial. Periode ketiga barulah saya sebut periode kebutuhan nyata.


A. INTERNET PERIODE PERTAMA : STATUS SOSIAL

Konon penemuannya terkait dengan kebutuhan perang dan militer hasil ciptaan Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang menjadi bagian dari sistem persenjataan rahasia angkatan bersenjata. Kemudian internet mulai dimanfaatkan di luar kepentingan militer, terhitung sejak diperkenalkannya ARPANET pada bulan Oktober 1972. Namun itupun masih jadi 'mainan' kampus-kampus di tertentu yang konsen di bidang teknologi saja.

Kita sendiri sebagai masyarakat umum, khususnya di Indonesia, praktis baru menikmati internet menjelang tahun 2000-an. Sebelum tahun itu, internet sebenarnya sudah ada, tapi amat terbatas di kampus saja, khususnya di Universitas Indonesia (UI).


Untuk pemakaian publik, kita butuh jasa layanan Internet Service Provider (ISP). Dan ISP baru ada pertamakali tahun 1994, yaitu PT Indo Internet (IndoNet). Itu pun pelanggannya sebatas kantor dan perusahaan mewah berlimpah uang.

Koneksi internet di masa itu hanya bisa dilakukan lewat dial-up kabel Telkom. Dan untuk itu Telkom tetap mengenakan biaya pulsa seperti orang menelepon. Mahal sekali jatuhnya, karena kena dua kali pembayaran, yaitu bayar ISP dan bayar Telkom juga.


Untuk penggunaan internet keperluan pribadi dan perumahan di masa itu masih belum terbayang. Kalau sampai internet digunakan untuk urusan pribadi dan sepele, itu namanya bermewah-mewahan, israf, mubazzir dan itu temannya setan.


Maka kita cuma bisa melongo ketika nonton Angela Bennett diperankan oleh Sandra Bullock pesan pizza pakai internet dalam film The Net (1995). Belagu amat ya, makan pizza aja pesannya pakai internet segala.

Di negeri kita tahun segitu pizza sudah ada yang jual, tapi tetap tidak bisa dipesan via internet. Nanti mahalan pakai internetnya dari pada harga pizza-nya.


Sampai di titik itu, berinternet di masa itu sekedar untuk keren-kerenan saja, sekedar menjadi status sosial.

Status sosial kita rada naik kalau sampai punya alamat email. Bayangkan, cetak kartu nama sekalian dicantumkan alamat email kita, di masa itu, rasanya lebih dari sekedar punya gelar haji.

Padahal buka emailnya tidak pernah, kecuali kalau pas lagi ke WARNET saja.

Zaman segitu kalau kita kirim email ke teman, kita tetap harus telepon juga. Buat apa?

Untuk kasih tahu kepada dia bahwa kita kirimi dia email dan emailnya tolong dibaca. Lalu dia tanya balik, email saya apa ya? Passwordnya apa? Gedubrak lah pokoknya. Hehe Setelah era jahiliyah itu terlewati, biaya berinternet kemudian menjadi murah. Bahkan tidak lagi harus bergantung dengan kabel Telkom. Pakai HP saja pun kita bisa internetan. Itu berarti masuk periode kedua.

(Bersambung)


B. INTERNET PERIODE KEDUA : SOSIAL MEDIA

Periode kedua dalam hitungan saya ketika internet tidak lagi bergantung pada komputer dan jaringan kabel telkom, tetapi sudah lewat HP 3G, 4G dan 5G. Maka berinternet tidak lagi harus punya komputer, laptop bahkan langganan ISP. Cukup punya HP dan kuota, kita sudah bisa berselancar. Itu dari segi teknisnya. Sedangkan dari perilakunya, para pengguna internet tidak lagi hanya sekedar menjadikan internet sebagai sumber informasi dengan baca-baca berita atau artikel secara pasif. Tapi sudah mulai aktif bersosial media.


Jadi para pengguna bisa aktif membuat konten untuk berinteraksi secara lebih terbuka kepada publik. Tidak lagi hanya jadi pengguna pasif.

Awalnya hanya update status macam FB, twitter dan IG, tapi lama-lama bisa juga bikin konten video ala sebuah rumah produksi (PH). Atau produksi video tapi yang pendek, iseng dan viral macam Tiktok dan lainnya.


Maka periode kedua ini pengguna lebih ekspresif, bahkan juga dalam hal berghibah, bergosip, sampai bernarasi kasar dan berantem.

Kekisruhan politik pun ikut masuk juga ke dalam internet, sampai dari istilah Cyber Army, Buzzer, Influencer dan lainnya. Termasuk juga perdebatan di bidang agama, yaitu ketika semua kelompok agama turun gunung ikut bersosial media sampai pada ribut bawa-bawa doktrin kelompok masing-masing di internet.


Di periode ini juga muncul Undang-undang ITE yang bisa menyeret banyak orang sampai para netizen masuk penjara. Bayangkan, gara-gara intenet bisa masuk penjara. Wah, internet makan korban. Kita umumnya sekarang sedang berada di periode ini, yaitu periode kedua : periode bersosial-media. Seperti kembali ke kelahiran awalnya yaitu internet untuk kebutuhan militer dan perang. Tapi kali ini perangnya di alam internet. (bersambung)


C. INTERNET PERIODE KETIGA : KEBUTUHAN NYATA

Usai periode kedua masuk lah periode ketiga. Di periode ini orang sudah tidak lagi menjadi internet sebagai sosial media, juga bukan sekedar status sosial. Tapi dalam pandangan saya, internet sudah menjadi bagian dari kebutuhan nyata keseharian. Saya menandai periode ketiga ini dengan pemanfaatan internet untuk menunjang ekonomi dan pendidikan masyarakat.


1. Ekonomi

Maraknya penjualan online alias marketplace adalah salah satu cirinya. Semua orang bisa dagang dan beraktifitas ekonomi dengan memanfaatkan internet, bahkan meski tidak punya barang dan modal. Semua barang bisa dijual dan dibeli via internet.

Dan ketika pesanan barang harus diantarkan, terbuka lagi peluang jadi driver online. Jadi driver tidak harus punya mobil, punya motor pun jadilah. Tidak harus nyupirin orang, tetapi bawain paket bahkan makanan pesanan orang pun jadi sebuah penghasilan.

Tukang ojeg pangkalan memang sempat kaget ketika belum melek internet. Tapi mereka pun akhirnya ramai-ramai mendaftarkan diri jadi driver online. Profesi tukang ojek pun tambah ramai.


2. Keuangan dan Administrasi

Uang cetak masih digunakan, namun penggunaan uang digital semakin marak saja. Kemana-mana kita tetap aman tanpa harus bawa kertas uang, yang penting bawa HP dan bisa bayar apa-apa cukup pakai HP.

Dengan adanya apa-apa serba online, maka ada begitu banyak efisensi yang bisa dicapai. Pekerjaan-pekerjaan manual yang sifatnya monoton dan berulang-ulang, bisa dimigrasikan secara online.

Periode ketiga ini sebenarnya sudah mulai kita rasakan, meski disana-sini masih ada sekelompok orang yang menjadi residu sisa-sisa kehidupan zaman sebelumnya. Masih ada beberapa namun akan segera menghilang bersama dengan datangnya peralihan generasi.


3. Pendidikan

Lalu jangan lupa ketika pandemi covid-19 menghantam kita 2-3 tahun lamanya, internet lah yang berjasa untuk memastikan pendidikan tetap berjalan. Sekolah dan kuliah online semuanya, tanpa kecuali. Tiba-tiba mereka yang anti internet mau tidak mau kudu musti bisa memanfaatkannya, kalau tidak mau ketinggalan pelajaran.

HP yang selama ini 'diharam-haramkan' buat anak sekolah, tiba-tiba jadi fardhu 'ain. Dan akhirnya kita tahu bahwa gedung sekolah tidak menjadi syarat mutlak berlangsungnya pendidikan, toh secara online saja pun pendidikan tetap bisa berjalan.


4. Dunia Kerja

Dunia kerja pun tidak luput dari internet, khususnya lagi covid. Istilah WFH menjadi amat marak, yaitu work from home. Dan ternyata kerja itu tidak harus di kantor.

Rapat dan meeting tetap bisa berlangsung meski tidak harus bertemu secara fisik. Sehingga banyak pekerjaan yang tetap berjalan meski lewat internet.


5. Keamanan

Saya awalnya tidak bisa membayangkan bagaimana caranya mendata setiap orang yang masuk ke suatu gedung, kecuali setelah ada aplikasi Peduli Lindungi.

Siapapun orang itu, tidak boleh masuk kecuali harus scan barcode aplikasi itu. Otomatis data orang yang keluar masuk suaut gedung langsung ter-database-kan. Sehingga pergerakan manusia bisa di-tracing.

Absensi karyawan, murid, dosen termasuk jamaah pengajian ke depannya cukup scan barcode saja. Jadi covid-19 ini banyak sekali hikmahnya. Hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan, tiba-tiba seperti dipaksa harus kita jalankan. (Habis- selesai)


Zaman bergerak dengan sangat cepat, tidak sedikit inovasi yang hadir terkesan datang secara masif, sehingga banyak pihak yang belum siap menghadapinya. Hal tersebut tentu mengguncang berbagai sektor, mulai dari transportasi online, teknologi tatap muka secara daring, hingga pelatihan dan seminar berbasis video.
.
Seiring berjalannya waktu, bidang ketenagakerjaaan atau Human Resources (HR) diprediksi akan menghadapi disrupsi berikutnya. Sebut saja metode absensi yang selama ini menggunakan paraf, kartu, atau bahkan rekam sidik jari, akan dengan cepat menjadi tidak berguna ketika aktivitas Work From Home semakin ramai, sehingga inovasi di bidang ini adalah hal yang tak dapat dielakkan.

Hal tesebut kian menarik karena dunia ketenagakerjaaan saat ini dihadapkan pada tantangan besar, yaitu seberapa siap fasilitas, teknologi, dan juga sumberdaya manusia itu sendiri. Tantangan tersebut akan terjawab oleh 2 hal, yang pertama adalah: waktu, tentu akan ada pihak yang disadarkan akan adanya disrupsi oleh waktu, dan itu sudah jauh tertinggal. Atau, tantangan tersebut juga dapat dijawab oleh para Pimpinan perusahaan yang visioner.

.
Nah, kira-kira disrupsi apa lagi ya yang bakal menanti? Berikan komentarmu dan bagikan artikel ini ke seluruh teman kamu yuk!


Penulis Warsito Wrst

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama