HAI PARA PENUNTUT ILMU, TUNTUTLAH ILMU KE NEGERI GOOGLE HINGGA AJAL MENJEMPUT NYAWA

HAI PARA PENUNTUT ILMU, TUNTUTLAH ILMU KE NEGERI GOOGLE HINGGA AJAL MENJEMPUT NYAWA


Belum lama viral kabar tentang pilihan seorang artis Indonesia yang menikahi temannya saat kuliah di salah satu universitas ternama di dunia. Bermacam soalan dimunculkan netizen, termasuk pria Indonesia yang kurang “berkualitas” sehingga si Mbak ini memiih warga negara Amerika keturunan Korea Selatan.

Tulisan ini tentu tak hendak membahas hal tersebut. Namun, banyaknya mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri membuka bermacam peluang yang tak terduga.

Beragam kesempatan muncul, termasuk peluang berkarier di perusahaan-perusahaan ternama, hingga jatuh hati dan menikahi warga dunia.

Global Flow of Tertiary-Level Students yang dikeluarkan Unesco Institute for Statistics 2021 merilis daftar negara-negara dengan jumlah mahasiwa Indonesia terbanyak.

Tiga negara teratas adalah Australia dengan jumlah mahasiswa Indonesia sebanyak 13.880, Malaysia 8.440, Amerika 7.984.

Saudi Arabia menempati peringkat ke tujuh dengan jumlah mahasiswa Indonesia sebanyak 1.551, lalu Turki di peringkat ke sembilan dengan jumlah mahasiswa Indonesia 1.218. Saya mencari-cari Mesir, ternyata tak masuk dalam daftar 15 besar.

Mengapa negara-negara itu menjadi favorit? Tak lain karena besarnya peluang beasiswa. Tak hanya biaya pendidikan, namun juga termasuk biaya hidup.

Kalau sekarang negara yang memberikan sejumlah besar beasiswa didominasi oleh negara-negera non Muslim, tidak demikian halnya di abad pertengahan di mana peradaban dunia sedang dalam genggaman Islam.

Sudah menjadi mandatory bahwa sistem pendidikan Islam itu gratis. Negara, sultan, penguasa, atau para dermawan yang akan mengongkosinya melalui skema waqaf.

Selama berabad-abad hal itu lestari. Tersebutlah Universitas Al Azhar di Kairo, Universitas Al Qawariyyun di Fes-Maroko yang masih berdiri kokoh hingga kini, sekalipun sekarang tak sepenuhnya gratis lagi.

Tak hanya dibiayai negara, banyak juga sekolah yang didirikan dan ditanggung biayanya oleh individu. Seperti, Madrasah Farisiya yang didirikan oleh Amir Faris ad-Din al-Baky, Madrasah Nahriya dan Madrasah Nasiriya yang didirikan Syekh Nasr.

Di masa Daulah Utsmani didirikan Madrasah Othmania. Menariknya, madrasah itu dikepalai oleh seorang perempuan yang dipercaya oleh keluarga Isfahan Shah Khatun yang mengongkosi madrasah itu.

Bahkan banyak individu yang mendirikan sekolah di luar negerinya. Seperti Madrasah Khatuniya yang berada di Baitul Maqdis, madrasah ini didirikan oleh putri Syams ad- Din bin Muhammad Sayf ad-Din dari Baghdad yang bernama Oghl Khatun.

Mengapa banyak saudagar kaya dan para dermawan pada masa itu tertarik mendirikan sekolah dan mengongkosinya?

Salah satunya dari hadist, “Ada dua orang bersaudara di zaman Rasulullah SAW. Yang satu biasa datang untuk menuntut ilmu syar’i, sedangkan yang satunya lagi bekerja. Maka orang yang bekerja ini mengeluh kepada Rasulullah SAW tentang saudaranya (yang menuntut ilmu). Beliau pun bersabda, “Bisa jadi kamu diberi rezeki (oleh Allah) karena sebab ia (saudaramu yang menuntut ilmu agama).” [HR. At Tirmidzi no.2345]

Bagi mereka yang saat ini berlapang harta, yuk ini saatnya memberikan komitmen untuk menjadi sponsor pendidikan bagi anak-anak muda yang tengah menuntut ilmu syar’i, supaya keberkahan senantiasa mengiringi. 

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama