BURUNG ABABIL & BATU SIJJIL (BURUNG ABABIL MENGAMBIL BATU LANGSUNG DARI NERAKA)
Aku adalah burung Ababil, hamba Allah yang patuh. Aku tidak memiliki keinginan apapun selain mengabdi kepada-Nya. Aku bagian pasukan khusus yang hanya diperintah oleh Tuanku, dan kami adalah makhluk yang tenaganya lebih kuat daripada manusia. Jadi untuk membinasakan manusia, bukan masalah bagi kami.
Beberapa kali kami menerima tugas dari Tuan kami. Salah satunya ketika kami menerima perintah Allah untuk menghancurkan kaum Luth yang membangkang. Allah SWT berfirman, “Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan negeri Luth itu bagian yang di atas ke bawah (kami balikkan) dan kami hujani mereka dengan Sijjil (batu dari tanah yang terbakar) dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang-orang yang zhalim.” (QS. Hud 82-83)
Dalam ayat di atas, Allah tidak menyebut nama kami, burung Ababil, tetapi hanya disebutkan Sijjil. Batu-batu dari neraka itulah senjata khusus kami dalam menjalankan tugas Tuhan dalam membinasakan manusia yang membangkang perintah-Nya.
Namun, kami baru disebutkan dengan jelas ketika kami ditugasi lagi untuk menghancurkan tentara bergajah. Perintah itu datang kepada kami pada waktu Subuh. Pemimpin kami yang bertengger di dalam cabang pohon neraka bertanya, “Siapa yang memberikan perintah itu?”
Aku menjawab bahwa perintah ini datang dari Allah.
Dalam sekejap saja, kami langsung membuat formasi terbang tinggi menembus langit dunia. Sasaran kami adalah pasukan bergajah yang dipimpin Raja Abrahah. Mereka menyerbu Makkah dengan titik sasaran Ka'bah, Rumah Allah.
Oh, betapa nekatnya manusia satu ini dalam menentang junjungan kami. Apakah dia tidak merasakan hal yang sama bila istananya dihancurkan oleh orang lain. Semut pun akan melawan bila diinjak. Sekarang, Pencipta alam dan seisinya ini dilecehkan oleh manusia yang dulu mendapat kasih sayang-Nya sejak dari kandungan ibunya hingga dewasa. Sungguh orang yang tidak tahu bersyukur, alias kufur.
Orang seperti itu patut mendapat hukuman.
Abrahah membawa sejumlah tentara yang komplit. Selain pasukan berjalan kaki, berkuda atau berunta, ada juga pasukan bergajah. Tugas pasukan semacam ini memang khusus untuk membumihanguska
Abrahah boleh bertepuk dada dengan jumlah dan jenis pasukannya. Namun Allah telah menjadikan tipu daya mereka sia-sia. Ya, pasukan seperti itu hanya bisa dilawan dengan efektif oleh pasukan angkatan udara, sebagaimana tugas kami. Kami telah menyiapkan diri dengan batu Sijjil dari neraka, yang akan membuat tubuh para anggota pasukan itu bagai daun yang dimakan ulat.
Ketika kami sudah tepat di atas mereka, dengan mudah kami jatuhkan batu-batu Sijjil itu di atas pasukan Abrahah. Dan dalam hitungan menit saja, pasukan yang dikenal sangat kuat itu menjadi kacau balau, moral tempur mereka langsung drop, dan yang masih hidup memilih untuk melarikan diri dari medan peperangan.
Sungguh mudah bagi Allah untuk menghancurkan orang-orang yang durhaka.
Abrahah dan pasukan bergajahnya tidak ingat reputasi kami yang gemilang ketika menghancurkan umat Nabi Luth yang kufur itu. Betul-betul manusia gampang lupa dengan pengalaman sejarah masa lalunya! Sedang sejarah ditulis untuk menjadi cermin manusia di kemudian hari.
Kami adalah pasukan khusus yang terlatih, batu-batu Sijjil yang kami lemparkan tepat mengenai sasaran. Karena itulah, tidak ada sedikit pun kerusakan alam sekitarnya. Kota Makkah utuh seperti apa adanya. Begitu pula Ka'bah tetap berdiri dengan anggun, tidak lecet sedikit pun.
Sudah selesai tugas kami untuk menyelamatkan Ka'bah dan menghancurkan pasukan bergajah. Apakah kami masih akan menerima tugas di zaman modern sekarang?
Ketika pasukan Abrahah sudah mendekat tiba-tiba langit di sekitar Ka’bah menghitam kelam oleh burung-burung yang di paruhnya terdapat batu-batu yang membara dari Neraka Sijjil. Tidak lama kemudian burung-burung itu melemparkan batu tersebut ke hadapan pasukan Abrahah.
Seketika pasukan Abrahah kocar-kacir mencari perlindungan, sementara api menyala dimana-mana. Dalam sekejap Raja Abrahah dan ribuan seluruh pasukannya hancur lebur seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Melihat kejadian itu Abdul Muthallib takjub dan tak henti-hentinya mengucap syukur. “Inilah pelajaran penting untuk anak cucuku nanti, bahwa melawan Allah Swt artinya menyiapkan kebinasaan.”
Wallahu a'lam.
Ketika burung ababil datang berapa jumlah batu neraka yang di bawa tiap burung???
Tiap burung membawa 3 batu dari neraka sijjil, satu digigit dengan paruhnya dan dua digancip dengan dua kakinya.
مع كل طائر ثلاثة اØجار ( الرØيق المختوم)