Kisah Nabi Uzair yang Allah Tidurkan Selama 100 Tahun

Kisah Nabi Uzair yang Allah Tidurkan Selama 100 Tahun

Dikisahkan tentang seorang nabi dari kalangan Bani Israil bernama Uzair tengah berjalan dengan mengendarai keledainya. Setelah berjalan jauh, tiba-tiba dia tersesat ke suatu perkampungan yang porak-poranda setelah dihancurkan oleh sekelompok tentara.

Di perkampungan itu, dia melihat kehancuran yang luar biasa. Bangkai manusia bergeletakan di mana-mana serta tulang-belulang manusia bertebaran di semua tempat. Ketika itulah dia berkata dalam hati, “Bagaimana caranya Allah menghidupkan semua yang sudah berserakan ini setelah matinya?”
Karena kelelahan, Uzair pun beristirahat di bawah sebuah pohon. Dia kemudian tertidur dalam waktu yang sangat lama. 

Allah menidurkannya selama seratus tahun. Tubuhnya pun kemudian hancur dan menjadi tanah, kemudian orang-orang pun telah melupakannya.
Setelah seratus tahun berlalu, Allah membangunkannya  kembali.
Alangkah terkejutnya Uzair, ketika melihat perubahan yang sangat luar biasa dari perkampungan yang dia saksikan sebelum tidurnya.
Sebelum tidurnya, perkampungan itu adalah tempat yang dipenuhi reruntuhan dan sisa bangunan yang roboh. Namun setelah dia bangun, tempat itu sudah berubah menjadi perkampungan yang sangat padat dengan bangunan megah dan indah.
Sebelum dia tertidur, perkampungan itu adalah daerah yang sunyi dari manusia, sehingga tidak seorang manusia pun yang ditemuinya di sana. Namun, ketika bangun, dia mendapati perkampungan itu sangat padat dan ramai oleh manusia.

Kemudian Allah mengutus malaikat kepadanya. Malaikat itu pun bertanya, “Sudah berapa lama engkau di sini?”.
Dia menjawab, “Aku di sini hanya satu hari atau mungkin setengah hari saja”.
Malaikat memberitahukan kepadanya, “Engkau sudah berada di sini selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang masih utuh, namun lihatlah keledaimu yang sudah hancur menjadi tanah.”

Dengan kekuasaan Allah, keledainya perlahan-lahan berkumpul menjadi tulang yang dibungkus daging hingga akhirnya hidup kembali seperti sedia kala.
Malaikat pun kemudian berkata, “Begitulah kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali yang telah mati dan menyusun tulang belulang yang sudah hancur dan berserakan menjadi bersatu kembali dengan sangat mudahnya.”
Barulah Uzair mendapatkan jawaban atas pertanyaannya ketika sebelum tidur. Lalu dia berkata, “Maha Suci Allah, Yang Berkuasa menghidupkan kembali setelah kematian.”

Setelah itu, Uzair menaiki keledainya serta berjalan menuju rumah dan kampungnya. Setelah sampai di kampungnya, dia mendapati rumahnya sudah hancur dan yang tertinggal hanya sebagian puingnya saja. Dia kemudian bertanya kepada seorang perempuan tua yang ditemuinya di tempat itu, “Inikah rumah tuan Uzair?”
Perempuan itu menjawab, “Benar, inilah rumah tuan Uzair, namun dia telah lama pergi dan meninggalkan kampung ini. Aku sudah sangat lama tidak pernah mendengar namanya disebut kecuali hari ini.”

Perempuan itu kemudian bercerita bahwa sewaktu masih kecil, dia pernah bertemu dengan Uzair, seseorang yang sangat shalih dan baik hati. Bahkan kedua orangtuanya adalah pembantu di kebunnya Uzair.
Uzair berkata kepada perempuan tua itu, “Akulah Uzair itu.”
Alangkah terkejutnya perempuan itu mendengar perkataan lelaki di depannya yang mengatakan bahwa dia adalah Uzair. Akan tetapi, karena matanya yang sudah rabun, dia tidak dapat melihat wajah orang itu. Untuk mengetahui kebenarannya, perempuan itu kemudian berkata, “Uzair adalah manusia yang sangat shalih. Dia adalah hamba yang sangat dekat dengan Allah, sehingga semua doanya selalu dikabulkan Allah. Jika engkau memang Uzair, doakanlah kepada Allah agar mataku yang sudah rabun ini dapat melihat kembali, dan tubuhku yang sudah lemah ini dapat kuat kembali”.

Uzair pun berdoa kepada Allah agar menyembuhkan kedua mata perempuan tua tersebut dan menjadikannya kuat kembali. Atas izin Allah, kedua mata perempuan tua itu dapat melihat kembali dengan baik, dan tubuhnya kembali kuat seperti masa mudanya dahulu. Setelah melihat wajah orang itu, barulah dia mengakui bahwa dia adalah Uzair.
Perempuan tua itu pun kemudian memberitahukan hal tersebut kepada seluruh Bani Israil. Semua orang berkumpul untuk melihat keajaiban tersebut. Akan tetapi, sebagian besar mereka tidak percaya kalau orang yang di depan mereka adalah Uzair.

Untuk menguji kebenarannya, dipanggillah anak Uzair yang mengetahui ada tanda khusus di punggung ayahnya. Setelah diperiksa, ternyata memang tanda yang dimaksud itu ada di punggungnya.
Namun, mereka belum juga puas dengan bukti tersebut, sehingga salah seorang di antara mereka berkata, “Setelah penyerangan Nebukadnezar kepada Bani Israil serta menghancurkan tempat-tempat ibadah dan kitab sucinya, tidak satu pun dari kalangan bangsa bani Israel yang hapal isi Taurat. Jika engkau memang Uzair, pastilah engkau dapat membacakan Taurat secara utuh, karena Uzair adalah salah seorang tokoh Bani Israil yang hapal semua isi Taurat.”

Uzair pun membacakan isi Taurat secara sempurna, tanpa satu pun yang tertinggal. Barulah semua mereka mempercayai bahwa dia adalah Uzair. Namun, kemudian sebagian manusia menganggap bahwa Uzair adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah yang tidak mempunyai anak bernama Uzair seperti yang diyakini oleh sebagian manusia.
Kisah tentang Uzair yang tidur selama seratus tahun ini disebutkan Allah dalam QS Al-Baqarah [2]: 259 yang terjemahannya sebagai berikut:

Atau apakah (engkau tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya  kembali. Allah bertanya: “Berapa lama engkau tinggal di sini?” Ia menjawab: “Aku telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya engkau telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: “Aku yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ada pun pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas adalah: begitulah kekuasaan Allah Yang Maha Berkuasa menghidupkan yang mati, dan menyusun tulang belulang yang telah menjadi tanah seperti sedia kala dengan sangat mudahnya. Jika Allah menghendaki sesuatu, maka tidak ada yang akan menghalangi kehendak-Nya. Oleh karena itu, tidaklah patut manusia meragukan tentang adanya kehidupan setelah mati, karena hal itu sangatlah mudah bagi Allah.

Semoga bermanfaat  

Share jika berguna😊😊


Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama