𝗗𝗘𝗥𝗔𝗝𝗔𝗧 𝗞𝗘𝗪𝗔𝗟𝗜𝗔𝗡 𝗟𝗘𝗪𝗔𝗧 𝗞𝗘𝗞𝗨𝗔𝗦𝗔𝗔𝗡
𝘖𝘭𝘦𝘩 : 𝘈𝘩𝘮𝘢𝘥 𝘚𝘺𝘢𝘩𝘳𝘪𝘯 𝘛𝘩𝘰𝘳𝘪𝘲
Para wali adalah orang yang dicintai oleh Allah ta'ala. Dan Allah hanya akan mencintai orang-orang yang baik. Sedangkan manusia yang hidupnya bermanfaat, bukan hanya disebut orang baik, tapi dikatakan sebagai kelompok manusia terbaik.
Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi ﷺ :
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"𝘚𝘦𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘯𝘧𝘢𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯." (HR. Thabrani)
Dan jika dilihat dari sisi manfaat, seseorang dengan kekuasaannya bisa memberi maslahat yang sangat besar kepada banyak orang. Terlebih lagi di zaman seperti ini, di mana kuasa itu bahkan bisa lebih besar pengaruhnya dari harta dan ilmu agama.
Sayyidina Utsman bin Affan pernah mengingatkan :
إن الله ليزع بالسلطان ما لا يزع بالقرآن
"Sesungguhnya Allah membereskan suatu urusan dengan kekuasaan apa yang tidak bisa dibereskan oleh Qur'an sekalipun."
Nasehat di atas ini selaras dengan sebuah ungkapan yang terkenal : "Segenggam kekuasaan itu lebih berharga dari sekeranjang kebenaran."
Maka sudah hampir bisa dipastikan bahwa penguasa yang shalih dan amanah, adalah salah satu wali dari wali-wali Allah.
Banyak sekali dalil dari hadits Nabawi yang menunjukkan hal ini, diantaranya adalah :
إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِساً إِمَامُ عَادِلٌ
"𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘈𝘻𝘻𝘢 𝘞𝘢𝘫𝘢𝘭𝘭𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘦𝘬𝘢𝘵 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘶𝘥𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘢𝘮𝘢𝘵 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘪𝘭.." (HR Tirmidzi)
Tapi memang untuk menjadi wali itu tidaklah mudah. Apa lagi wali di jalur ini. Level godaannya jauh lebih berat, sulit dan rumit. Itu mengapa tak banyak yang bisa lulus dari ujian kewalian lewat kekuasaan.
Bahkan yang sering terjadi, ketika seseorang menjabat, jangankan sampai bisa membawa maslahat untuk orang banyak, mampu menyelamatkan diri sendiri dari jerat dan jebakan syahwat kekuasaan saja itu sulitnya minta ampun.
Kiyai atau ustadz bisa amanah itu mah wajar, karena tinggalnya di pesantren, coba kalau ditaruh di parlemen atau diberi jabatan di departeman. Belum tentu dia mampu bertahan.
Karena itu jika ada pemimpin yang shalih, adil dan amanah di suatu wilayah maka ia akan menjadi berkah bagi negeri tersebut. Suatu keberkahan yang itu belum tentu bisa dihadirkan oleh seribu wali yang mengenakan jubah dan surban.
Semoga lekas tunas para wali dari jenis ini di seluruh pelosok negeri..