PENCAPAIAN KEPADA “NUR ILLAHI”
Pencapaian kepada Kurnia Allah, dalam istilah Ma’rifat orang-orang terdahulu disebut dengan Neng, Ning, Nung, Nang, dan hal ini sama sekali berbeda dengan istilah-istilah
PENCAPAIAN TAHAP PERTAMA “NENG.
Diambil dari kata Meneng yang berarti Diam yaitu sikap duduk yang tak bergerak kesana kemari. Ini harus dilatih, bukan karena kita bisa melakukan secara tiba-tiba, mula-mula kaki mungkin terasa kesemutan atau ada rasa penat, atau mungkin terasa nyeri. Tapi dengan kehendak yang kuat, pada latihan-latihan
PENCAPAIAN TAHAP KEDUA “NING”
Diambil dari kata Wening / Bening, dimana dalam keadaan kondisi ini kita masuk ke alam hening/jernih. Yang kita saksikan adalah cahaya terang, sejuk, tak berwarna. Suasana jernih, sunyi senyap, tak ada apapun yang mengusik, seolah-olah kita Fana (lenyap), tapi kita menyadari bahwa itu Fana !, ini bukan karena kita mengosongkan pikiran, atau dalam istilah Sufi disebut Hal. Kondisi ini muncul karena tarikan Allah, bukan karena di upayakan dalam kondisi Fana ini. Sebenarnya pe-Zikir telah membuka pintu hati dan pikirannya untuk kehadiran Allah.
Dalam keadaan Hening tak ada lagi ilusi atau rekayasa pikiran, tak ada angan-angan dan khayalan. Pikiran dan hati tak bergerak !, sehingga terciptalah layer kosong, lalu, apa yang terjadi ?, Ya Allah sendiri yang akan memancarkan isyarat pada layar yang bersih itu, Allah sendiri yang akan mengisikan lukisan pada hati yang bening itu, dalam kondisi demikianlah sebenarnya terjadinya proses peng-Ilhaman / proses peng-Wahyuan dalam kategori ke-Nabian.
Jalan Neng, Ning dan Zikir-Pikir sebenarnya untuk mencapai tujuan untuk mendapatkan Hidayah dari Allah, yang dalam bahasa Qur’an Surat An-Nur (24) : 35 disebutkan :
“YAHDILLAAHU LI NUURIHII MAN YYASYAA’U”. Yang artinya : Allah memberi petunjuk kepada Cahaya-Nya, terhadap orang-orang yang menghendaki petunjuk itu, dilanjutkan pada Qur’an Surat An-Nur (24) : 36, dimana dalam ayat ini dijelaskan, bahwa orang yang sungguh-sungguh
Dan setelah melampaui tahap “Hening” atau “Pikir”, pe-Zikir memasuki tahap berikutnya, yaitu “NUNG” ia menjadi manusia Dunung artinya tahu arah dan tujuannya. Tahu makna hidup dirinya, kalau diumpamakan sebagai orang yang membeli emas dan bukan loyang, kalau makan yang tahu apa yang di makan, gizi apa yang diperoleh dari makanan tersebut. Jadi bukan sekedar ramai-ramai mengikuti doktrin atau didikte oleh orang lain.
Bila seseorang sudah tahu arah yang ditujunya, maka Tahap terakhirnya adalah “NANG”. Ia yang telah sampai pada tahap “Nang”, tentu saja memiliki kewenangan untuk mengambil langkah ke arah yang hendak dicapainya itu. Seperti halnya kita sudah tahu ke Jakarta, maka kita punya kewenangan untuk memilih jalan mana yang harus saya lalui, dan menggunakan kendaraan macam apa. Dengan melatih program “Neng, Ning, Nung, Nang” ini, akan terciptalah suasana batin yang tenang, karena semuanya menjadi jelas, oleh karena kita telah di tuntun Allah menuju Cahaya-Nya.